Kamis, 10 Mei 2012

Lelah Langkah Sang Ibu

Oleh: Muhammad Mansur
Tatkala itu, perempuan tua berumur kurang lebih 55 tahun menggendong anak kecilnya yang sedang balita laki-laki yang begitu manis. Waktu itu sang ibu, sedang beristirahat dari pekerjaaan hariannya yaitu memunguti sampah plastic. Sang ibu itu begitu tegar menghadapi hidup yang begitu menantang itu. Dengan mempunyai anak berjumlah 7orang dengan suami yang mengalami lumpuh fisik karena penyakit Strokenya, kini beliau masih sanggup bertahan hidup sampai saat ini. Sang ibu ini hidup dalam sebuah gubug kecil reot yang terletak di himpitan gedung-gedung bertingkat di Jakarta. Dengan gubug yang sederhana itu pun, ia sangat bersyukur masih mempunyai tempat untuk bernaung keluarganya.
            Sang ibu ini, begitu tegar menjalani profesinya yang dimata orang sangat hina itu. Namun, beliau tidak menganggap itu sebagai profesi yang hina, namun sebaliknya sang ibu itu menganggap profesinya itu sebagai profesi yang mulia, karena sedikit banyak mengurangi volume sampah yang ada diperkotaan. Dan ia pun tidak malu menjalani profesinya, karena setelah suaminya tidak bekerja karena lumpuh, maka sang ibu pun harus turun tangan untuk menghidupi ke tujuh anaknya. Namun nampaknya, sang ibu ini bisa dikatakan beruntung karena anaknya yang menempuh pendidikan bisa mendapatkan beasiswa karena kecerdasannya. Buktinya anaknya yang sulung sekarang sedang kuliah di sebuah perguruan tinggi terkemuka di Jakarta. Dan ia pun, bebas biaya disana, karena mendapatkan beasiswa. Sungguh beruntung sekali, seorang anak pemulung yang bisa kuliah di sebuah universitas terkemuka di Jakarta. Tak jarang, banyak orang yang sudah rela mendaftar kuliah dengan biaya yang besar, namun tidak diterima.
              Kehidupan yang kini begitu menyiksa bagi kalangan bawah bisa dihadapi dengan tegar oleh sang ibu ini. Setiap pagi ia berangkat menyusuri jalan-jalan dan sungai-sungai untuk memunguti sampah plastik. Lalu ia bawa samapah-samapah plastik itu di tempat pemasok. Memang, penghasilan kadang tak tentu, tapi Alhamdulillah rezeki selalu datang dan tidak ada yang mengira bahwa dengan uang yang pas-pasa itu bisa mencukupi kebutuhan keluarganya dengan tujuh anak itu. Sungguh keajaiban yang luar biasa. Lalu, sebenarny ada apa dibalik itu semua? Ternyata, setiap harinya sang ibu itu selalu meyempatkan untuk selalu melaksanakan sholat dhuha, dan selalu membiasakan diri membaca sholat Al Waqi’ah sebelum tidur. Nampaknya, itu menjadi perantara kehidupannya yang bisa di bilang cukup. Nampaknya itu bisa menjadikan contoh untuk kita semua untuk selalu gigih daan tegar menghadapi hidup ini. Dan untuk selalu tidak melupakan sang Pemberi Rizqi yang tidak lain dan tidak bukan adalah Allah SWT. Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua. Amin.
                                                                        Yogyakarta, 18 Oktober 2011