Senin, 25 Maret 2013

Terbentang di Bentang Pustaka

-->
Tepat pukul 17. 37 Hpku menandakan ada SMS masuk. Ternyata dari temanku, Rizqi. Temenku yang satu ini adalah orang hebat, ia keluar dari kuliahnya di Amikom dan menempuh jalan yang berbeda dari teman-temannya. Isi SMSnya mengajak aku untuk mengikuti ngobrol bareng penulis penerbit Bentang dan juga shering bareng dengan orang-orang di Penerbit Bentang.
Aku pun, sangat antusias dan menyambut ajakannya dengan baik. Aku insya Allah ikut riz...
Dalam benakku, aku berpikir bakal dapat banyak ilmu nie...aku harus ikut. !!!!
Tiba-tiba ketika aku sholat isya’, terjadi pergolakan batin yang luar biasa dalam hatiku. Antara ikut acara itu dan tidak. Aku pun terus mempertimbangkannya, tak terasa padahal waktu itu dalam keadaan sholat. Hehe,,,g khusyuk banget sholatku ya... J
Kewajibanku disini adalah menunut ilmu/ mengaji. Tapi kenapa aku malah sering ikutan acara di luar saat jamnya santri-santri mengaji. Aku berpikir, aku harus mengaji dan melaksanakan kewajibanku sebagai seorang santri. Tapi ada bisikan lain, aku harus ikut acara itu, buat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang kepenulisan dan penerbitan.
Setelah lama aku mengalami pergolakan dalam hatiku, akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti acara itu. Dalam batinku, aku merasa bersalah. Ya Allah...maafkan aku, aku tidak menjalankan tugas utamaku sebagai seorang santri yang baik. Bapak ibu, maafkan anakmu...aku juga ingin mengembangkan diri di luar, mendapatkan ilmu yang banyak dari luar. Sekali lagi,,maafkan aku Ya Allah...maafkan aku, bapak ibu..!!!
Setelah aku cari penerbit Bentang Pustaka, aku terasa asing memasuki forum itu. Aku terasa menjadi orang paling aneh, dan ternyata aku orang ilegal. Orang-orang yang berkumpul disitu adalah teman-teman yang mengikuti Akademi Bercerita di Penerbit Bentang dan yang lain adalah pegawai Bantang. Sungguh...MAK DEG hatiku. Aku sudah terlanjur berada dalam forum itu.Hmmm.. Lalu, aku nikmati aja forum itu.
            Saat itu, pembicaranya adalah Mbak Afifah penulis buku Road to Persia dengan moderator Mbak Intan (editor buku nasional, kata Rizqi). Ya...lumayan lah..dari sana aku mendapatkan motivasi dan suntikan suntikan untuk terus menulis, menulis, dan menulis. Tunggu aku Bantang, suatu saat bukuku pasti akan diterbitkan disini. Disini aku sama-sama menuntut ilmu, sama dengan di Pesantren. Bedanya, kalau di pesantren aku dapat ilmu tentang agama, tapi kalau di penerbit Bentang aku dapat ilmu tentang kepenulisan. Terimaksih dech, semuanya,..atas ilmu dan kebersamaan malam ini.
Yogyakarta, 25 Maret 2013

Hari Minggu yang Padat Jadwal

-->
Minggu, 24 Maret 2013 merupakan hari libur yang benar-benar membuatku capek. Badan yang mungil ini seakan tak kuat mengahadapinya. Namun, semuanya bisa berjalan dengan segenap keteguhan dan semangat yang tinggi. Yaah...aku harus banyak bersyukur hari itu, karena waktuku bisa bermanfaat untuk mencari ilmu ataupun menambah pengalaman.
Pagi itu, aku dadakan menerima telfon untuk baca Al Qur’an di acara Rapat Kerja Pengurus PWC NU kecamatan Depok yang bertempat di kelurahan Catur Tunggal. Apa boleh buat dech, aku harus meluncur kesana. Dan karena waktunya udah mepet nie..aku nggak sempet mandi. Hehe...
Sampe disana ternyata tokoh yang hadir adalah orang-orang penting NU, juga pak Camat, perwakilan dari pihak kepolisian dan Bapak H. Maskul Haji, M.Pd.I...Woow,,..belaiu Kakanwil DIY Lho,,,besok kelak aku pasti bisa jadi orang penting kayak beliau...Amin.Hehe. Iya...orang-orang hebat itu mendengarkan aku membaca Al Qur’an..yaaa, semoga mereka nggak tahu, kalo aku belum mandi..Hiihii..
Tak lama, aku izin pulang dulu dan langsung tancap gas menuju WH guna mengikuti training menulis bersama Mas Bramma Aji Putra, seseorang yang menginspirasiku untuk menjadi penulis artikel koran. Bagaimana tidak, namaku udah terpampang di koran sebanyak 14 kali. Ya...cukup membanggakan bagi penulis pemula sepertiku.
Next,habis dhuhur aku langsung terbang ke Bantul tepatnya di sekretariat Komunitas Mata Pena. Disana aku mengikuti program SMS (Sinau Menulis Sampai Iso). Aku bertemu dengan orang-orang pilihan menurutku, mereka adalah mbak Pijer, mbak Isma, mas Rohim, mbak Anis, Tika dan Halimah. Halimah itu adalah cewek pertama yang aku kenal di Mata Pena, dia temennya Faiz, Gozi, Asep di jurusan BSA. Kalau Tika, aku nggak nyangka dia juga ikutan Mata Pena, sudah lama aku kenal wajahnya di kelas Ma’had Aly semester 2, tapi aku baru kenal namanya waktu itu.
Ada lagi, aku tambah kenal dengan orang baru, meraka adalah Umamah, Muyassaroh, Dewi dan lain-lain, aku lupa namanya eE. Muyassaroh, aku kagum dengannya sejak kedatangannya pertama, eE...ternyata dia udah nikah dan punya anak. Memang, wajahnya sie kayaknya belum pantas kalo jadi ibu. Menurutku, dia kok mirip2 dengan Bu Iluk ya,,, Kalo Dewi, aku salut banget nie. Ternyata dia anak Wahid Hasyim juga sama denganku, tepatnya di asrama Tahfidz III. Yang membuat aku kagum lagu nie,, dia datang ke Bantul dengan sepeda coba. Bayangkan, cewek, pakai sepeda dengan perjalanan yang jauh. Luar biasaa deh....!!!
Pada kelas ke 2 itu, kita membahas tentang isu Gender dan perempuan. Pematerinya mbak Nur Isma (Isma Khazee nama penanya). Diskusi demi diskusi berjalan asyik, aku tetap PD walaupun aku cowok sendiri dikelas itu..hehe..Yaaa,..lumayan, aku dapet ilmu dan teman baru di komunitas Mata Pena, trimakasih sahabat-sahabat baruku.
            Akhirnya, aku pulang juga sore itu. Tak terasa udah menjelang isya’. Aku menjalankan agenda selanjutnya menjadi MC (Master of Ceremony) di acara peresmian Masjid Al Fatah Prayan Wetan. Lagi-lagi disana aku bertemu dengan Pak camat untuk ke dua kalinya. Ketika aku melihat perangainya, sepertinya orang paling ngetop dikecamatan Depok itu menatapku. Hmmm..paling dia berpikiran gini, tadi aku melihat pemuda itu menjadi petugas qori’ di acara Raker NU, tapi sekarang aku melihat lagi jadi MC benar  itu pemuda tadi bukan ya. Aku berpikir, kalo beliau berpikir seperti itu. Lalu dalam benakku, aku menjawab, iya pak...aku orang yang sama. Seperti kata orang, katanya aku itu Multi talenta...semuanya serba bisa dan aku selalu tampil di depan ketika ada suatu acara. Ya...moga aja, itu menjadi sebuah prestasiku yang baik.
Aku pun, sukses menjalankan tugasku,,kini aku semakin mahir menjadi MC,..semoga ini menjadi awal yang baik untuk perkembanganku selanjutnya.
Amin...
Yaa..itulah sedikit ceritaku, harapanku ini menjadi motivasiku untuk selalu mengembangkan kemampuanku untuk meraih cita-citaku yang sebenarnya.
Yogyakarta, 25 Maret 2013

Belajar dari Stiletto



Alhamdulillah,...
Sebuah kata untuk mengawali tulisan ini. Karena apa? Aku dapat ilmu lagi...hehe
Kali ini aku dapat ilmu dari Mbak Herlina P. Dewi. Beliau ini adalah editor penerbit Stiletto yang ternyata beliau juga yang punya penerbit itu. Dalam acara yang bertajuk “Kepenulisan Kreatif” di panggung Pesta Buku Jogja 2013 tepatnya Senin, 18 Maret 2013 aku mendapatkan ilmu baru sebagai bekal menjadi seorang penulis.
Sebagai pengantar, beliau menyampaikan bahwa Penerbit Stiletto adalah penerbit yang khusus menggarap buku-buku yang bertemakan perempuan. Waah...kesempatan nie, buat para kaum perempuan, bisa banget nerbitin buku disini. Ayooo... tunjukkan suara perempuan. Hehe..
Apalagi ini, banyak sekali hak-hak kaum perempuan yang perlu diperjuangkan. Ayoo,,tulis...!!!
Ngobrol-ngpbrol lebih lanjut ternyata, peserta menginginkan pembahasan difokuskan aja ke bagaimana cara buat bisa menembus penerbit, alias bagaimana buku kita tidak ditolak penerbit.
Langsung aja nich...
Mbak Dewi menyampaikan sedikitnya ada 8 tips menembus Penerbit, diantaranya:
  1. Kenali karakteristik penerbit yang akan kita kirimi naskah.
  2. Ikuti ketentuan yang ada di penerbit.
  3. Menjual diri. Ups....jangan negatif dulu.
Maksudnya menjual diri itu. Nasib naskah kita, diterima atau ditolak tergantung kita sendiri. Kita harus berani menampilkan diri kita semaksimal mungkin. Contoh nie,..lampirkan biodata penulis dengan lengkap, ditambah foto close up.
  1. Pikatlah editor dengan 10 halaman pertama buku Anda. Maksudnya adalah halaman awal harus benar-banar menarik, dan menggugah dan membuat pembaca serasa ingin terus membacanya.
  2. Naskah yang dikirim adalah berupa naskah matang, jangan sampai masih banyak kesalahan teknik penulisan atau ada kata-kata yang sulit dipahami.
  3. Pastikan naskahnya sampai ke penerbit. Hehe...
Yang ini, urgen banget nie....kalau g sampai gimana mau bisa diterima naskahnya. Ya nggak?
  1. Terus jalin komunikasi dengan baik dengan pihak penerbit.
  2. Yang terakhir, pastinya BERDOA.
Itu ada beberapa tips yang kita bisa praktikkan. Mungkin kalo ada tambahan bisa ditambahi sendiri ya....
Semoga aja bisa bermanfaat, selamat mencoba.
Yuuk,,,kita berlomba-lomba untuk menulis. Tentunya menulis untuk mengajak kebaikan kepada orang lain dan juga untuk menginspirasi orang lain. Salam menulis kreatif....!!!
Yogya, 22 Maret 2013