Rabu, 25 September 2013

Pesan Tak Sampai

Puisi Kutipan buku: Mahabah Cinta Mahaba
Pesan Tak Sampai
Kau itu langit mendung
Awan itu bergelantung di langit
Hatiku penat tak tahan lagi membendung
Semakin ku diam, semakin ku sakit

Padahal
Ingin ku urai dalam kata
Ingin ku tulis dalam secarik kertas terpena
Tapi...
Mulut ini sulit terbuka
Dan tangan ini kaku tak berdaya

Dalam kepiluan hati
Kuputuskan tuk tak bicara
Biar ku simpan rapat dalam hati
Menjadi cerita pilu yang kaya air mata 

Selasa, 24 September 2013

Kumpulan Lagu dan Tepuk TPA Kreatif

 1.   Hymne TKA/TPA
Sejak kecil kami baca Al qur’an pedoman kami,
Agar terang jiwa raga selamat dunia akhirat,
Ya Allah curahkanlah rahmatmu pada kami,                
Jadikanlah Qur’an suci jalan terang hidup kami,  2X
Tekad kami putra putri santri TKA/TPA
Pegang teguh Qur’an suci mengharap Ridho Ilahi



2.  Senandung Al fatihah
Dengan menyebut namamu Ya Allah,  Yang Maha Pengasih Penyayang
Segala puji bagimu Ya Allah, pemelihara seluruh Alam raya,
Engkaulah Maha Pengasih dan Penyayang, Yang menguasai hari Pembalasan,
Hanyalah kepadaMu kami berharap, dan padaMu kami Mohon pertolongan,

Mengapa Perlu Belajar Tilawah (qiro'ah)


Dizaman modern saat ini, orang yang bisa melagukan ayat al qur’an bisa dikatakan barang langka dan sulit dijumpai. Kegemaran seni tilawatil qur’an tidak banyak disukai oleh orang, karena cenderung sulit untuk dipelajari dan terkadang bosan. Kegemaran ini pun tergantikan oleh kegemaran lain yang terkadang hanya menjurus pada hal yang negatif. Kita bisa melihat fakta disekitar kita, banyak orang dari anak-anak hingga dewasa yang gemar bermain game online, menyanyi atau mendengarkan musik rock atau dangdut, bermain togel, bermain kartu dan sebagainya. Tentunya kita tidak membatasi kegemaran mereka, tapi yang perlu diingat bahwa kegemaran-kegemaran tersebut banyak tedapat aspek negatifnya dibandingkan dengan aspek positifnya.
Kegemaran/ hobi tilawatil qur’an mulai kurang diminati orang dan cenderung ditinggalkan atau terkalahkan dengan hobi yang lain yang cenderung lebih berkelas dan beenuansa hiburan. Padahal kalau kita cermati banyak hal yang kita dapatkan ketika kita belajar seni baca Al Qur’an. Lalu timbulah pertanyaan, mengapa harus belajar tilawatil qur’an?
Pertanyaan sederhana diatas perlu kita jawab guna memberikan pemahaman kepada kita semua akan pentingnya belajar seni baca Al Qur’an. Belajar seni tilawatil qur’an menjadi penting untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan para qori’ dan qori’ah. Saat ini tidak banyak yang mempelajari seni baca Al Qur’an. Apalagi dikampung-kampung, jarang sekali ditemukan. Kalau toh ada hanya segelintir orang, atau ada yang bisa tapi orang yang sudah bisa dibilang sepuh. Lalu, mana kader mudanya. Karena terbatasnya orang yang bisa seni baca Al Qur’an, akhirnya masyarakat yang mempunyai hajat harus mencari qori’ qoriah dari luar daerah. Coba saja, kalau setiap kampung/ pemukiman terlahir para qori’ qori’ah, maka tak akan susah lagi para shohibul hajat mencari qori’ qoriah untuk mengisi sebuah acara.
Secara lebih rinci belajar tilawatil qur’an menjadi penting karena mempunyai banyak manfaat, yang meliputi manfaat untuk diri sendiri dan manfaat untuk publik:
1.   Manfaat untuk diri sendiri
a.       Sebagai sarana terapi mental
Kenapa saya sebut sebagai terapi mental, karena ini erat hubungannya dengan mental atau hati seseorang. Kita bisa merasakan sendiri apabila kita melantunkan firman Allah dengan bacaan yang indah nan syahdu, maka kita akan merasakan akan ketenangan dan ketentraman batin. Hal ini juga sangat berpengaruh pada kadar keimanan  kita akan kekuasaan Allah.
b.      Mendapatkan pahala
Membaca Al Qur’an adalah sebuah ibadah yang bernilai pahala. Tak ubahnya membaca ayat-ayat Al Qur’an dengan lagu yang indah. Itu malah mejadi nilai tambah bagi pembacanya untuk mendapatkan balasan dar Allah berupa pahala yang otomatis Allah berikan ketika kita membacanya dengan ikhlas dengan harapan mengharap keridhoaan Allah.
c.       Mencerdaskan otak
Hal inilah yang banyak orang belum tahu. Sebenarnya tanpa kita sadari seni baca Al Qur’an bisa mengasah dan mencerdaskan otak kita. Kenapa bisa demikian? Karena lagu dalam seni bacaan al qur’an mempunyai ciri khas tersendiri yang akan mengasah otak kita. Otak kita berusaha mengingat ingat lengkukan/ cengkok lagu tilawah, dan dalam proses mengingat-ingat lagu itulah otak kita terasah sehingga otomatis bisa mencerdaskan otak kita. Bagaikan pisau, pisaupun harus diasah agar pisau itu menjadi tajam. Begitu halnya dengan otak, otak pun harus terus diasah agar menjadi otak yang cerdas. Dengan belajar tilawatil qur’an juga akan menyeimbangkan antara otak kiri dan otak kanan kita.
2.   Manfaat untuk publik
a.       Sebagai sarana penyejuk hati
Melantunkan bacaan Al Qur’an dengan lagu ternyata mempunyai manfaat yang besar bagi pendengarnya. Apabila kita melagukan ayat-ayat suci alqur’an dengan indah, syahdu dan penuh rasa keikhlasan, maka akan memberikan kesehjukan dan ketentraman pada hati kita.
Dalam hal ini ada satu riwayat yang bisa kita ambil pelajaran untuk kita. Pada suatu ketika datanglah seseorang kepada sahabat rasulullah SAW bernama Ibnu Mas’ud untuk meminta nsihat. “Wahai Ibnu Mas’ud, berilah nasihat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang gelisah. Dalam beberapa hari ini hatiku terasa tidak nyaman dan tidak tentram.” Kata orang tersebut.
Lalu Ibnu Ma’ud menasehatinya dengan mengatakan, “Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat. Pertama, ke tempat orang yang membaca Al Qur’an, engkau dengarkan baik-baik orang yang membaca Al Qur’an, atau engkau pergi ke majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Allah, atau engkau cari waktu dan tempat yang sunyi disana, lalu kau berkhalwat menyembah Allah.”
 Riwaat diatas menguatkan bahwa mendengarkan bacaan al qur’an bisa membuat hati kita menjadi tenang, yang imbasnya kepada peningkatan kadar keimanan seseorang kepada Allah SWT. Luar biasa bukan?
b.      Memenuhi kebutuhan masyarakat.
Seperti yang telah dikemukakan diawal tadi, sampai saat ini para qori’ qoro’ah masih dibutuhkan dalam memenihi kebutuhan masyarakat untuk mengisi berbagai acara,baik itu pernikahan, peringatan hari besar islam, khitanan atau yang lainnya. Dalam hal ini para qori’ qoriah tidak dianjurkan untuk memberikan patokan dalam pembayaran qori’ qori’ah. Para qori’ qori’ah harus menyadari bahwa niatan membaca al qur’an dalam sebuah acara adalah sebuah bantuan dan amal. Kalau toh diberi imbalan, ya....syukuri saja, karena itu rezeqi dari Allah. Tapi perlu diingat, orientasi utama belajar seni baca al quran adalah bukanlah itu.
c.       Sebagai wahana syiar islam
Seni baca al qur’an ternyata mempunyai manfaat sebgai wahana syiar islam. Syiar islam yang dimaksud disini adalah menyampaikan pesan Allah melalui firman-firmanya yang disampaikan kepada khalayak umum dengan lagu yang indah.  Wahana syiar islam juga tampak dalam berbagai event-event perlombaan tilawatil qur’an yang seru kita kenal dengan Musabqoh Tilawatil Qur’an (MTQ). Disinilah sangat jelas eksistensi islam dalam menyuarakan firman Allah.
d.      Sarana mencetak generasi Qur’ani
Manfaat lain seni tilawatil qur’an adalah sebagai sarana mencetak generasi Qur’ani. Yaitu generasi yang mencintai Al Qur’an yang terecrmin dalam 5 M yaitu membaca, mengartikan, memahami, mengamalkan, mengajarkan.  Diharapkan terlahir generasi muslim yang gemar membaca al qur’an, tahu artinya, paham maknanya, senantiasa mengamalkan isinya dan mengajarkannnya kepada orang lain.

Minggu, 22 September 2013

Mengenal Nagham (Irama) Al Quran dan Kilasan Sejarahnya

Kognisi dan psikomotorik umat Islam terhadap nagham tidak selazim ilmu tajwid. Kata nagham secara etimologi paralel dengan kata ghina yang bermakna lagu atau irama. Secara terminologi nagham dimaknai sebagai membaca Al Quran dengan irama (seni) atau suara yang indah dan merdu atau melagukan Al Quran secara baik dan benar tanpa melanggar aturan-aturan bacaan.
Keberadaan ilmu nagham, tidak sekedar realisasi dari firman Allah dalam suroh Al Muzzammil ayat 4,”Bacalah Al Quran itu secara tartil”, akan tetapi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi manusia sebagai makhluk yang berbudaya yang memiliki cipta, rasa, dan karsa. Rasa yang melahirkan seni (termasuk nagham) merupakan bagian integral kehidupan manusia yang didorong oleh adanya daya kemauan dalam dirinya. Kemauan rasa itu sendiri timbul karena didorong oleh karsa rohaniah dan pikiran manusia.
Nagham merupakan salah satu dari sekian ekspresi seni yang menjadi bagian integral hidup manusia. Bahkan nagham ini telah tumbuh sejak lama. Ibnu Manzur menyatakan bahwa ada dua teori tentang asal mula munculnya nagham Al Quran. Pertama, nagham Al Quran berasal dari nyanyian nenek moyang bangsa Arab. Kedua, nagham terinspirasi dari nyanyian budak-budak kafir yang menjadi tawanan perang. Kedua teori tersebut menegaskan bahwa lagu-lagu Al Quran berasal dari khazanah tradisional Arab (tentu saja berbau padang pasir). Dengan teori ini pula ditegaskan bahwa lagu-lagu Al Quran idealnya bernuansa irama Arab. Sehingga apa yang pernah ditawarkan Mukti Ali dalam sebuah kesempatan pertemuan ilmiah tentang pribumisasi lagu-lagu Al Quran (misalnya menggunakan langgam es lilin dan dandang gulo) tidak dapat diterima. Pada Masa akhir ini sesuai dengan perkembangan maka melalui teori konvergensi asal bersesuaian dengan nahga arab klasik.
Meski kedua teori tersebut hampir benar adanya tapi tetap saja muncul permasalahan. Jika memang benar nagham Al Quran berasal dari seni Arab lalu siapakah yang pertama kali mengkonversikannya untuk lagu Al Quran ? Sampai di sini ketidakjelasan. Dan lagi, jika memang benar nagham Al Quran berasal dari nyanyian tentu dapat direpresentasikan dalam not balok atau oktaf tangga nada. Tapi kenyataannya tidaklah demikian, nagham Al Quran sangat sulit ditransfer ke dalam notasi angka atau nada. Dan karena sifat eksklusifisme inilah kemudian yang “memaksa” bahwa metode sima’i, talaqqi, dan musyahafah merupakan satu-satunya cara dalam mentransmisikan lagu-lagu Al Quran
Pada zamannya, Rasulullah SAW adalah seorang qari’ yang membaca Al Quran dengan suara indah dan merdu. Abdullah bin Mughaffal pernah mengilustrsikan suara Rasulullah dengan terperanjatnya unta yang ditunggangi Nabi ketika Nabi melantunkan suroh Al Fath. Para sahabat juga memiliki minta yang besar terhadap ilmu nagham ini. Sejarah mencatat sejumlah sahabat yang berpredikat sebagai qari’, diantaranya adalah : Abdullah Ibnu Mas’ud dan Abu Musa Al Asy’ari. Pada periode tabi’in, tercatat Umar bin Abdul Aziz dan Safir Al Lusi sebagai qari’ kenamaan. Sedangkan periode tabi’ tabi’in dikenal nama Abdullah bin Ali bin Abdillah Al Baghdadi dan Khalid bin Usman bin Abdurrahman.
Kendati di masa awal Islam sudah tumbuh lagu-lagu Al Quran, namun perkembangannya tak bisa dilacak karena tak ada bukti yang dapat dikaji. Hal ini dimungkinkan karena pada saat itu belum ada alat perekam suara. Transformasi seni baca Al Quran berlangsung secara sederhana dan turun temurun dari generasi ke generasi. Sejarah juga tak mencatat perkembangan pasca tabi’in. Apresiasi terhadap seni Al Quran semakin tenggelam seiring dengan semakin maraknya umat Islam melakukan olah akal (berfilsafat), olah batin (tasawwuf), dan olah laku ibadah (berfiqh). Selain itu, barangkali ini yang paling mendasar bahwa dibutuhkan kemampuan khusus untuk masuk dalam kualifikasi qari’, terumata menyangkut modal suara. Modal ini lebih merupakan hak perogratif Allah untuk diberikan kepada yang dikehendaki-Nya.
Pada abad ke-20, kedua model lagu tersebut masuk ke Indonesia. Transmisi lagu-lagu tersebut dilakukan oleh ulama-ulama yang mengkaji ilmu-ilmu agama di sana yang pulang ke tanah air untuk mengembangkan ilmunya, termasuk seni baca Al Quran. Lagu Makkawi sangat digandrungi di awal perkembangannya di Indonesia karena liriknya yang sangat sederhana dan relatif datar. Lagu Makkawi mewujud dalam barzanji. Beberapa qari’ yang menjadi eksponen aliran ini adalah : KH Arwani, KH Sya’roni, KH Munawwir, KH Abdul Qadir, KH Damanhuri, KH Saleh Ma’mun, KH Muntaha, dan KH Azra’i Abdurrauf.
Memasuki paruh abad 20, seiring dengan eksebisi qari’ Mesir ke Indonesia, mulai marak berkembangan lagu model Mishri. Pada tahun 60-an pemerintah Mesir mensuplai sejumlah maestro qari’ seperti Syeikh Abdul Basith Abdus Somad, Syeikh Musthofa Ismail, Syeikh Mahmud Kholil Al Hushori, dan Syeikh Abdul Qadir Abdul Azim. Animo dan atensi umat Islam Indonesia terhadap lagu-lagu Mishri demikian tinggi. Hal ini disebabkan karakter lagu Mishri yang lebih dinamis dan merdu. Keadaan ini cocok dengan kondisi alam Indonesia. Sejumlah qari’ yang menjadi elaboran lagu Mishri adalah : KH Bashori Alwi, KH Mukhtar Lutfi, KH Aziz Muslim, KH Mansur Ma’mun, KH Muhammad Assiry, dan KH Ahmad Syahid.
Seni baca Al Quran baru menampakkan geliatnya pada awal abad 20 M yang berpusat di Makkah dan Madinah serta di Indonesia sebagai negeri berpenduduk mayoritas Muslim yang sangat aktif mentransfer ilmu-ilmu agama (termasuk nagham) sejak awal 19 M. Hingga hari ini Makkah dan Mesir merupakan kiblat nagham dunia. Masing-masing kiblat memiliki karakteristik tersendiri. Dalam makkawi dikenal lagu Banjakah, Hijaz, Mayya, rakby, Jiharkah, Sikah, dan Dukkah. Sementara pada Misri terdapat Bayyati, Hijaz, Shoba, Rashd, Jiharkah, Sikah, dan Nahawand.
Nagham Yang sangat sering ditampilkan Qari /Qari’ah dimasa kini:
1. Nagham bayati yang terdiri dari  bayati qoror, bayati  nawa, bayati jawab, bayati jawabul jawab
2. Nagham shaba yang terdiri dari shoba Asli, shoba jawab, shoba ajami salalim su’ud, shoba ajami salalim nuzul. Shoba bastanjar
3. nagham Hijaz yang terdiri dari hijaz asli, hijas kard, hijaz kard-kurd, hijaz kurd
4.Nagham nahawand yang terdiri nahawand asli , nahawand usysyaq
5. Naghan sikka yang terdiri diri sikka asli,sikka ramal, sikka misri, sikka turki
6. nagham ras yang terdiri dari ras asli, ras alan nawa, ras syabir
Nagham ini bisa dikembangkan dengan bermacam variasi, yang dikembangkan dengan banyak mendengarkan bacaan syeh Mustopha Ismail,syeh mustopa Ghalwas  dan lainnya dan juga dengan banyak mendengarkan lagu-lagu padang pasir dari sumber aslinya, seperti lagu-lagu ummi kulsum, Muhammad Abdul Wahhad dan lannya. Kita dapat mengembangkan sendiri dan bisa juga dengan memasukkan irama lainya yang munasabah(sesuai).

Minggu, 08 September 2013

9-9 (sembilan-september)

Bismillahirrahmanirrahim...
Sebuah anugrah yang luar biasa, sampai hari ini, malam ini, detik ini aku masih diberikan kehidupan di dunia ini. Bisa menikmati keindahan alam semesta ciptaanMu, menatap kehidupan para makhlukMu yang di dalamnya terdapat makna dan pelajaran yang berharga.
Andaikan malaikat pencabut nyawa menghampiriku, lalu mencabut nyawaku dengan paksa. Entah apa yang akan ku perbuat dan tentunya aku tak akan bisa berbuat apa-apa karena itu adalah kehendakMu. Tak ada yang bisa menentang apa yang menjadi KuasaMu.
Mungkin batinku memberontak....
Jangan ambil nyawaku ya Tuhannn.....AKU BELUM SIAP!!!
  • -    Betapa banyak ibadah yang ku lalaikan.
  • -    Betapa banyak maksiat yang telah aku jalankan.
  • -    Betapa banyak dosa yang telah aku perbuat.
  • -    Betapa banyak orang yang telah aku sakiti.
  • -    Betapa banyak amanah yang tak sanggup aku kerjakan dengan maksimal.
  • -    Betapa banyak kata yang telah melukai hati orang lain.
  • -    Dan tentunya masih banyak betapa-betapa yang lain.

Nampaknya, jiwa ini belum siap jikalau Engkau memanggilku di alam yang kekal. Belum cukup bekal untuk aku kesana.
Mungkin detikan jam yang berjalan itu menjadi saksi, bahwa aku masih diberikan kehidupan, sehingga bisa duduk mengetik rangkain kata lewat keyboard ini.
Kelihatannya kursi-kursi di kelas ini juga menjadi saksi, seakan melihatku dan menyapa: “Hey... kau masih hiduuuupp....!!!!”
SUBHANALLAH...
Sampai detik ini Kau beri kesempatan kepadaku untuk menjalani kehidupan untuk terus memperbaiki diri. Terimakasih.
Alhamdulillah...
Aku dilahirkan di dunia, 22 tahun silam oleh ibu’ku dan sampai saat ini masih diberi kehidupan dengan anggota tubuh yang normal tanpa suatu cacat.
  • -    Bisa menatap indahya ciptaanMu..
  • -    Bisa mendengar indahnya lantunan ayat2Mu.
  • -    Bisa merasakan sejuknya angin ciptaanMu.
  • -    Bisa mencium bau bunga yang harum.
  • -    Bisa merasakan lezatnya hidangan yang bersumber dari ciptaanMu.

SUBHANALLOH WAL HAMDULILLAH WA LAAILAAHA ILLALLAH.
Tentunya di malam yang menandakan tambahnya umurku ini, aku ingin bermunajat kepadaMu.
Sebagai hamba yang tingkat ketaatannya masih jauh dari harapan, tentunya hamba tak pantas meminta banyak hal. Namun, hamba yakin Engkau akan mengabulkan segala permintaan hambaMu walaupun suatu saat nanti entah tak tahu kapan. Aku yakin itu.
Di usiaku yang ke 22 ini hamba memohon:
  1. Berilah kesehatan kepada bapak/ ibu ku yang telah merawatku dari kecil. Berikanlah keduanya ketapan iman dan islam dan berilah rizqi yang halal dan barokah. Semoga ibadah haji yang telah mereka tunaikan tidak menjadikan riya’ kepada orang lain, tapi semoga menjadikan semakin dekat denganMu.
  2. Karuniailah kesehatan juga kepada guru-guruku, ustadz-ustadzku, saudara2ku, sahabat2ku,  berilah derajat yang tinggi dan kabulkanlah segala hajatnya.
  3. Berilah ketetapan iman dan islam dam jadikanlah hamba sebagai hamba yang pandai mensyukuri nikmat2 yang telah engkau berikan. 
  4. Lancarkan dan permudahkanlah hamba dalam menuntut ilmu, hindarkanlah dari segala godaan yang datang menghadang.
  5. Berilah jalan rizqi bagi hamba, yang banyak dan halal. Tunjukkanlah celah dan jalan kesuksesan untuk hamba. Tunjukkanlah bidang apa yang harus saya tekuni untuk kesuksesanku nanti. Sebisa mungkin, aku akan membuat orang tuaku bahagia melihat kesuksesanku. Aku akan melihat raut wajah mereka yang  bahagia akan keberhasilan putranya. Aku rindu itu.
  6. Urusan jodoh, tunjukkanlah yang benar-benar terbaik untukku.  Yang sholihah, yang pinter, pengertian, yang cantik juga ya Allah. Syukur2 hapal Al Qur’an. KALAU MEMANG DIA JODOHKU, MAKA DEKATKANLAH.DAN KALAU MEMANG DIA BUKAN JODOHKU, RUBAHLAH TAKDIRMU AGAR TETAP MENJADI JODOHKU. AKU TAHU, KAU MAHA SEGALANYA. AKAN SANGAT MUDAH BAGI ENGKAU MELAKUKAN APA YANG KAU KEHENDAKI. (maaf maksa ya Allah) Yakinkanlah hatinya dan kedua orang tuaNya untukku. Karena kau maha membolak balikkan hati.
  7. Di tahun ini, aku ingin lebih produktif menulis ya Allah. Menghasilkan karya yang memeberikan inspirasi untuk orang lain. Mudahkanlah...lancarkanlah...agar bisa mengajak kebaikan lewat jalan menulis. Sudah 17 karya dimuat di media, mohon tambah lagi dan lancarkan ya Allah...Tahun ini semoga bisa menembus koran Kompas, Republika, Jawa Pos dan koran-koran nasional. Wujudkanlah IMPIAN hamba untuk bisa menerbitkan buku.
  8.  Hindarkanlah hamba dari segala penyakit hati yang mengikis pahala hamba, jadikanlah hamba menjadi ahli ibadah, ahli qur’an, ahli taubat, dan ahli shodaqoh.
  9. Hamba Tentunya hajat-hajat lain masih banyak ya Allah. Cukup 9 saja yang tertuang disini sesuai dengan tanggal dan bulan kelahiranku. Tapi aku yakin Engkau Maha Tahu isi hatiku Ya Allah, apa yang menjadi keinginanku mudahkanlah jalanNya dan kabulkanlah.

Semoga diusiaku yang ke 22 ini, hamba bisa menjadi pribadi yang tambah baik dan semoga bisa memberikan manfaat untuk orang lain.
Berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Amin.

Yogyakarta, 9-9-13[00:32]




Muhammad Mansur

Jumat, 06 September 2013

"ORGANISASI, Mengajari Banyak Arti."

DEWAN PENGGALANG SMP N 10 PURWOREJO
Xixixi... aku kecil sendiri

Terkadang, ada orang yang menganggap organisasi hanya menyita waktu kita, menambah pekerjaan kita, menambah beban pikiran kita, dan sebagainya. Namun, ternyata organisasi bisa melatih orang menjadi manusia yang luar biasa.
          Teringat kala itu, waktu aku masih usia TK. Iya.. dulu ketika aku TK aku adalah anak yang cengeng, suka menangis kalo diejek kawan. Tak berkutik dan tak berani melawan ketika di ejek ataupun dijahili teman. Hanya bisa menangis dan mengadu kepada ibu guru. Sungguh malunya aku ketika mengingat masa itu. Hal itu beranjak sampe SD, aku bukan anak yang pintar ataupun bodok sekali. Hanya sedang-sedang saja. Kala itu, rupanya aku belum banyak dipertimbangkan oleh kawan. Siapa juga yang mau menganggap orang sepertiku. Itu dulu....hehehe.. Seingatku, jadi ketua kelas barang sekali pun belum pernah. Tak ada skills organisasi sedikitpun kala itu.
          Beranjak jenjang SMP, aku mulai tertarik dengan organisasi. Kala itu hanya organisasi pramuka menjadi Dewan Penggalang yang mengampu adik-adik kelas. Disitulah pertama kalinya aku belajar tentang organisasi. Banyak hal memang pelajaran yang aku dapat baik dari Pembina pramuka atau kawan-kawan. Tak lagi cengeng, bisa lebih mandiri, belajar tanggung jawab, dan sebagainya.
          Ternyata hobi organisasi nampak kembali ketika aku sekolah di jenjang SMA yaitu di MAN Purworejo. Amanah yang ku terima pertama kali adalah menjadi Anggota OSIS Departemen Kerohanian. Tak tahu kenapa, kok aku ditunjuk di departemen Kerohanian, mungkin karena aku rajin adzan di Mushola sekolah kali ya..hehe.
          Menginjak kelas XI, aku pun diamanati menjadi Ketua Dewan Ambalan MAN Purworejo. Lagi-lagi tentang Pramuka. Lumayan, sudah ada bekal di SMP, sehingga untuk menjalankannya sudah cukup punya bekal. Selang bebera hari, ternyata aku didorong-dorong bapak/ ibu guru untuk dicalonkan menjadi calon ketua OSIS. Waahh,.. kala itu aku benar-benar bimbang. Dan aku berusaha menolaknya. Tapi tetap saja didesak untuk maju sebagai calon ketua OSIS. Salah seorang pembina OSISpun berkata, “Nanti jikalau benar-benar terpilih, maka untuk Pramukanya biar dihendel oleh Wakil Ketua Mas.. jangan khawati...!!!!” Kurang lebih seperti itu.
Apa boleh buat dengan keadaan yang agak terpaksa aku akhirnya maju sebagai calon ketua OSIS kala itu. Seingatku ada 3 kandidat, Dimas putra dari guru Biologiku dan satunya adalah Huda, anak yang paling pintar satu sekolah. Ya... setiap kenaikan kelas beliau selalu jadi nomer satu di sekolah. Mereka mempunyai nilai lebih masing-masing, sedangkan aku dari segi tampang sudah tak meyakinkan. Ku bernada pesimis.
          Singkat cerita, ternyata aku terpilih menjadi Ketua OSIS dengan jumlah suara melampaui kedua temanku. Tak habis pikir waktu itu, padahal sebenarnya aku tak berhatap banyak. Karena memang itu tugas yang berat. Akhirnya aku yakinkan diriku untuk bisa menjalankan amanah itu.
          Disinilah aku belajar banyak hal tentang organisasi. Bagaimana mengkoordinasi sebuah kepanitian, menyiapkan sebuah acara atau event, melobi sponsor, publikasi acara dan sebagainya. Disinilah aku mulai belajar berbicara di depan orang banyak. Sebuah tim OSIS yang kita namakan dengan OSIMA (OSIS MAN PURWOREJO). Kala itu, kebersamaan begitu erat, suka dan duka kita lalui bersama dalam sebuah organisasi. Berjalan bersama demi meraih sebuah tujuan yang sama. Tantangan demi tantangan terus menghadang, tapi kita lalui bersama-sama sehingga tantangan itu pun berhasil dilalui. Dengan postur tubuh yang tak begitu besar ini ku beranikan diri untuk menjadi pemimpin upacara dengan pembina upacara bapak Bupati Purworejo, tepatnya ketika acara hari ulang tahun sekolahku. Seakan tak percaya, aku yang dulu cengeng bisa memimpin teman-teman segitu banyaknya.
          Memang segala proses itu harus kita lalui, jangan takut dengan hal yang baru, karena itu adalah sebuah tantangan baru yang menantang dan mengajari kita lebih dewasa. Sungguh, saya ucapkan terimakasih sedalam-dalamnya kepada bapak/ ibu pembina OSIS yang dulu telah mengajariku banyak hal dalam mengelola sebuah organisasi.
          Hobi organisasipun berlanjut sampai kuliah. Namun, di jenjang perkuliahan aku tak bisa maksimal mengembangkan jiwa organisasi di kampus, karena harus bernaung dan mengabdi di pesantren. Tapi bukan menutup kemungkinan kita harus tertutup pada sebuah organisasi. Di kampus aku hanya mendalami didunia pengembanggan skils dan seni. Diantara organisasi yang pernah saya ikuti adalah UKM Al Mizan, KSIP (Kelompok Study Ilmu Pendidikan), Forstar (Forum Study Tarbiyah), Buletin Konsolidasi 09, dan DPP PKTQ. Sempat akan diminta kakak kelas menjadi wakil ketua BEM dari 2 partai yang ada di kampus yaitu 2 partai yang sangat berbeda ideologinya, partainya orang PMII dan KAMMI. Namun, daripada menimbulkan hal yang tak baik, akhirnya aku menolak semuanya. Biarlah dipegang teman-teman aktivis lain yang mungkin lebih kompeten. Karena memang saat itu, lagi menyibukkan diri di organisasi pesantren. Disanalah kemampuan organisasi lebih terolah lagi, namun semuanya belum maksimal karena memang mempunyai tanggung jawab dan kawajiban lain di pesantren. Tapi hal ini, sudah cukup memberikan tambahan bekal organisasi.
            Di pesantren sendiri, organisasi pertama kali yang saya ikuti adalah LPM Wahid Hasyim, Tim Ubudiyah Yayasan, eL-SiP Wasilatus Sa’adah, Kepembinaan, INSIP (Ikatah Santri Purworejo) Wahid Hasyim  dan sampai sekarang organisasi di bidang pendidikan madrasah (MI Wahid Hasyim). Tentunya, organisasi pesantren tak kalah pentingnya memberikan bekal bagi kita. Dan banyak orang mengatakan organisasi pesantren malah lebih mempunyai dampak yang lebih besar kepada kita dari pada organisasi kampus. Ya..bolehlah bisa dibilang seperti itu. Namun semuanya kembali kepada masing-masing-masing orang.
          Seorang organisatoris akan mudah berinteraksi dengan siapapun dimanapun dia berada. Ia mudah diterima oleh siapapun. Ya.. wajarlah, karena dunia organisasi tak bisa terlepas dari sebuah interaksi sosial. Ya di organisasilah kita bisa belajar semacam ini. Seseorang yang tak suka organisasi tentunya akan cenderung lebih tertutup dibanding dengan orang yang suka organisasi.
          Organisasi menjadi ekspresi diri kita untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri. Melatih kemampuan berpikir dalam menyelesaikan masalah dan menjadi wahana mengaktualisasikan diri. Kalau kita tahu manfaat dari organisasi pastilah kita akan menjadi organisatoris.
          Akan berbeda seorang mahasiswa yang hanya sekedar kuliah, masuk keluar kelas, kembali ke kos, dengan mahasiswa yang menyibukkan diri dengan organisasi. Baik itu organisasi kampus ataupun organisasi di pesantren. Untuk mahasiswa yang juga nyantri, saya sarankan untuk lebih memprioritaskan organisasi di pesantren, tapi tak menutup kemungkinan juga mengikuti organisasi di kampus. Baik organisasi di kampus atau di pesantren saya kira sama saja, Cuma ada nilai plusnya kalau kalau ikut organisasi di pesantren. Apa nilai plusnya??? Ya... tentunya akan lebih barokah karena didasari semangat pengabdian.hehe,.
          Bagi yang masih TRAUMA dengan organisasi segera hilangkan rasa trauma itu, organisasi tak akan membuat kita jatuh. Namun akan membuat kita bangun menjadi lebih baik, menjadi pribadi yang unggul yang siap diterima masyarakat. Entah sekecil apapun organisasi, pastilah akan sangat berguna. Mari kita aktualisasikan diri kita dalam wadah organisasi sesuai minat kita. Insya Allah, akan memberikan dampak yang positif pada diri kita menjadi pribadi yang lebih baik.
          Tulisan ini subyektif, ada kalanya ada yang tak sesuai dengan pikiran Anda. Namun, ambilah saja yang baik-baik dan tinggallah yang buruk-buruk. Karena kebenaran semata hanya milik Allah semata.
Terakhir...
Mari kita budayakan organisasi dengan penuh kesungguhan dan rasa pengabdian.
Bravo....!!!!
    
                                                                                                                 Jum’at, 6 September 2013


 



Selasa, 03 September 2013

“Suntikan Spirit Baru Direktur PPS UIN Jogja”

Ada hal yang menarik ketika aku mendengarkan paparan dari Bapak Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution, M.A Direktur Program Pasca Sarjana UIN Suka Yogyakarta. Aku untuk pertama kalinya bisa melihat sosok beliau pada saat orientasi studi mahasiswa baru Pasca Sarjana UIN Suka Yogya. Penampilan dari luar tak terlihat bahwa beliau adalah orang hebat, tidak disangka beliau adalah direktur pasca sarjana. Aku yakin, tak mudah beliau meraihnya, tentunya dibutuhkan sebuah kerja keras dan doa.
          Pemaparannya dimulai dari sebuah contoh. Ada 2 orang yang bisa dikatakan sukses. Beliau adalah BJ. Habibi dan Gusdur. Mereka berdua adalah orang luar biasa di negeri ini. Siapa yang tak tahu BJ. Habibi, yang ia bisa kaya raya karena mempunyai keahlian merakit pesawat. Gusdur juga tak kalah, beliau sukses sebagai ulama’ besar yang jasa-jasanya sungguh luar biasa untuk umat dan negeri ini. Siapa yang mengira, seorang Gusdur bisa menghapalkan 2000 nomer telepon. Sungguh hal yang luar biasa bukan??? Kita saja bukan barang tentu bisa menghapalkan nomer-nomer telepon keluarga kita. Jujur saja dech.... ^_^
          Dua orang yang dicontohkan tadi adalah mempunyai jalan yang sukses dari 2 hal yang berbeda. Beliau memaparkan orang sukses bisa melalui jalur PENDIDIKAN dan LADUNI. Kenapa demikian???
Iya... kita tahu BJ. Habibie bisa menjadi orang sukses karena pendidikan, beliau menempuh jenjang pendidikan dari tingkat bawah, jenjang perguruan tinggi sampai pada beliau meraih gelar Profesor. Beliau benar-benar mendalami sebuah keilmuan sehingga bisa menghantarkan kesuksesan.
    Disalah satu sisi Gusdur bukannya beliau tak mengemban pendidikan, namun beliau tak pernah lulus mengenyam pendidikan di jenjang perguruan tinggi. Tapi kenapa beliau bisa sukses? Ya.. karena beliau punya kelebihan, orang-orang mengatakan mempunyai ilmu laduni. Beliau banyak mendekatkan diri kepada Allah. Tingkata kesufian sungguh luar biasa. Bisa dikatakan hidupnya sangat dekat dengan Allah.
          Kalau kita tanyakan pada diri kita sendiri. Kira-kira mau pilih jalur yang mana kita meraih sukses???
Apakah jalur pendidikan atau laduni????
Tentunya kalau lewat jalur laduni, kita takkan mungkin. Kita adalah orang biasa, yang masih sangat jauh dengan Allah. Saya sendiri, atau kita sadar masih terlalu banyak maksiat di dunia ini.
          Melihat hal demikian, kita hanya bisa meraih kesuksesan hanya dengan jalur pendidikan. Salah satu ikhtiar yang dilakukan adalah melalui terus menuntut ilmu di jenjang perguruan tinggi.
          Namun, sebelum saya lanjutkan. Saya pingin memberikan tanggapan atas yang disampaikan Direktur Pasca. Kalau versi saya, sukses itu tak harus dengan kuliah. Namun, bisa juga ditempuh melalui ketrampilan khusus dalam bidang tertentu, entrepeneur, bidang seni dan hiburan atau bidang tertentu. Semuanya tergantung passion seseorang di bidang apa. Tapi, salah satunya juga bisa melalui jalur pendidikan di jenjang perguruan tinggi.
          Setidaknya untuk bisa menjadi orang sukses dibutuhkan 4 kompetensi, diantaranya:
1.    Kompetensi Kognitif = keahlian hebat
2.    Kompetensi Kepribadian= kepribadian handal
3.    Kompetensi Sosial= jejaring luas
4.    Kompetensi Profesional= bekerja secara profesional.
Setidaknya ada 4 itu hal yang harus dimiliki jika seseorang ingin sukses.
Semuanya itu harus kita latih terus menerus untuk bisa mempunyai kompetensi tersebut secara maksimal.
Bismillah...
Mari kita FOKUS SUKSES.
Pasti bisaaa...
          Selanjutnya beliau menyampaikan bahwa setidaknya mahasiswa S2 harus punya kemampuan menulis. Beliau menceritakan, bisa ke luar negeri juga karena artikel tulisannya. Pada kesempatan lain, beliau bisa keluar negeri karena buku karangannya. Jadi, memang kita tak bisa pungkiri banyak sekali hikmah dari aktivitas menulis.
Beliau menegaskan bahwa KEMAMPUAN MENULIS Tidak bisa kita tunda lagi kalau kita TERJUN DI DUNIA AKADEMIK.
Beliau ceritakan  bahwa pada awalnya juga beliau tak bisa menulis, kemudian beliau mendatangi seorang dosennya yang gemar menulis di media massa. Lalu dosen itu bilang, “Kau tak bisa sepertiku..!!!! sambil dosen itu menunjukkan kertas lembaran bertumpuk-tumpuk berisi  RATUSAN tulisan yang tak dimuat di media massa. Jadi dari ratusan tulisan itu hanya beberapa saja yang sudah berhasil di muat. Kemudian, dosen itu menegaskan, “Apakah kamu bisa sabar menjalani hal seperti ini??? Kurang lebih seperti itu. Lalu, beliu jawab bahwa beliau siap seperti itu.
***
          Dari kisah diatas, ada hikmah yang kita ambil. Iya..memang untuk bisa tulisan bisa dimuat tak semudah yang kita bayangkan. Butuh sebuah kesabaran dan ketekunan. Betapa banyak tulisan yang kita buat  dengan proses berdarah darah, puluhan tulisan, bahkan sampai ratusan tulisan mungkin. Namun, akhirnya,...kandas juga di dapur redaksi alias masuk dalam kotak sampah redaksi. Dari sekian banyak karya yang kita kirimkan hanya beberapa saja yang dimuat. Ya..tapi itulah sebuah proses yang harus di jalani. Dari sinilah kita belajar untuk pantang menyerah dan terus berjuang. Seorang yang sudah biasa dimuat di media saja, ada kalanya sampai beberapa bulan atau bahkan satu tahun redaksi tak mau memuatnya. Ya... ini mungkin sebuah ujian bagi kita, berhentikah sampai disini. Bisa jadi, redaksi ingin menguji tingkat kesabaran dan ketekunan kita. Yang penting khusnudzon saja.
          Begitu halnya saya, penulis pemula yang hanya beberapa saja karya yang masih dimuat. Beberapa bulan ini, tulisan kandas di dapur redaksi. Tak ada satu pun yang dimuat. Tapi tak apalah, pasti suatu saat dimuat juga. Amin..hehe.
          Ya..di jenjang pasca sarjana ini aku pingin memompa semangat baru ku. Spirit yang akan membawa pada kesuksesan nantinya. Aku tak ingin moment perkuliahan yang tak lama ini, aku sia-sia kan begitu saja.
Harus lebih giat belajar, membaca, berlatih dan tentunya mengaji.
          Tak tanggung-tanggung target awal menulisku dimuat di kolom OPINI KOMPAS dengan permulaan menjajaki OPINI KR. Setelah itu nembus Jurnal Nasional. Lalu, lanjut menerbitkan sebuah buku. Amin.
          Aku punya komitmen akan menyelesaikan pasca sarjanaku kurang dari 2 tahun. Sebisa mungkin 1,8 tahun sudah lulus. Bukan untuk sebuah kesombongan. Tapi hanya sebatas ingin segera beranjak ke pekerjaan lain. Karena di dunia ini tak hanya kuliah saja, namun banyak hal lain yang perlu dikerjakan selain kuliah. Urusan cinta, sebisa mungkin tak pending dulu lahh.. yang disana ya semoga baik-baik saja. Sekarang fokus dulu, yang disana juga biar fokus. Hehe.
          Dengan mengucap:
Bismillahir rahmanirrahim.
Aku akan bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Jika memang nantinya jalanku berbelok-belok ke hal yang kurang baik, mohon diingatkan ya Allah. Dan hindakan dari segala macam godaan yang menghadang. Amin. Dan semoga kedepan, bisa menjadi orang yang semakin bisa menebar manfaat untuk orang lain.
Amin amin.
Ya..Rabbal ‘alamin.

                             Selasa, 3 September 2013
          
         

PROFILE 

Prof. Dr. H. Khoiruddin Nasution, MA.

Tempat, Tanggal Lahir

Simangambat, Tapanuli Selatan, 8 Oktober 1964

E-Mail

knasut@yahoo.com.

Alamat

Mendhen, Babadan, Bantul, Yogyakarta, Indonesia 55711

Riwayat Pendidikan

A. Formal
1. S1 (Under Graduate) the Faculty of Syari‘ah (Islamic Law) of the Institute of Islamic Studies (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, 1989.
2. S2 (Graduate Studies and Research/ Islamic Studies) McGill University, Montreal Canada, 1995, (Master of Arts in Islamic Studies).
  1. Sandwich Ph.D Program McGill University Montreal Canada, 1999 - 2000 (interdisciplinary program).
  2. Doctor, The Graduate Faculty of the Institute of Islamic Studies (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, June 26, 2001 (Islamic Studies).
B. Informal
1. Fellowship/Post-Doctoral Programme at Leiden University, October 2003 – January 2004.
2. Short Visit for Research at McGill University, Montreal Canada, August 2003 on Women and Science.
3. Short Visit for Muslim Youth Leaders at Australia (Melbourne, Canberra and Sydney), May 2006.
4. Short Course on Research Managament at Centre for Continuing Education, Nanyang Technological University Singapore, 13 – 24 November 2006.
5. Visiting Research Professor at al-Azhar University Cairo, Egypt (November 2007)
6. Visiting Research Professor at Universiti Malaya and UKM Malaysia (December 2007)
7. Senior Research Fellow at Universiti Malaya Kuala Lumpur (September 2009 – Pebruari 2011).

Pengalaman Mengajar

Lecturer at: (1) Faculty of Islamic Law (Under Graduate) UIN Sunan Kalijaga (1991 until now), (2) Graduate Program (Pascasarjana) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2002 until now), (3) Graduate Program (MSI [Islamic Studies]) of Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) (2001), (4) Graduate Program (MSI [Islamic Studies]) of Indonesia Islamic University (UII) Yogyakarta (2001 until now), (5) Graduate Program (MSI [Islamic Studies]) of UNISMA Malang (2002-2004), then change into Graduate Program (MSI, then changed again into M.PdI) of Univeristy of Nahdlatul Ulama (UNU) Solo (2004 until now), Under Graduate (International Programme) of Faculty of Law of UII Yogyakarta (2002 until now), Islamic Business School (STAIS) (Under Graduate) Yogyakarta (2001-2005), and Boarding School of UII for under Graduate Program (2005 until now).