Dimuat di Harian Metro Riau, 6 Februari 2014.
Akankah Kita Golput?
Gerbang pemilihan umum
sudah didepan mata. Tinggal hitungan hari saja, bangsa Indonesia mempunyai gawe
besar yaitu memilih wakil rakyat. Satu hari yang menentukan 5 tahun kedepan
arah kemajuan bangsa. Bangsa ini ibarat sebuah kapal. Kapal itu akan mampu
menghadapi ombak yang besar atau akan tenggelam ditelan ombak yang besar
ditentukan oleh sang nahkoda kapal itu. Akankah bangsa ini semakin terpuruk,
ataukah menjadi bangsa yang besar dan diakui oleh dunia. Sudah tentu, hal itu
tak terlepas dari peran seorang pemimpin.
Saat ini kita tahu,
bahwa banyak orang berlomba-lomba untuk menjadi pemimpin bangsa. Semuanya
mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk memperbaiki bangsa ini. Pada intinya,
mereka ingin memperjuangkan bangsa ini menjadi bangsa yang lebih bermartabat
dengan masyarakat yang sejahtera. Begitulah yang banyak disampaikan oleh para
calon wakil rakyat. Namun, entahlah apa yang menjadi misi dibalik itu semuanya.
Fakta di lapangan sudah berbeda, pemberitaan di media pun sudah sarat dengan
para pemimpin yang tak berbuat jujur, berbuat korupsi lalu diciduk oleh KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi). Hal demikian menjadikan masyarakat pesimis dan
banyak lebih memilih untuk golput. Hal ini terjadi karena kekhawatiran
masyarakat terhadap wakil rakyat yang dipilihnya tak bisa menjalankan amanahnya
dengan baik.
Sebagai negara
demokrasi semua orang berhak untuk dipilih dan memilih. Golput atau tidak
golput adalah sebuah pilihan. Memilih atau tak memilih juga merupakan hak
masyarakat. Namun, sebagai warga negara yang baik, apakah kita harus golput. Kita
harus berpikir ulang jika kita hendak golput. Asas demokrasi yang disandang
Indonesia akan luntur jikalau warga Indonesia sendiri tak menggunakan hak
suaranya. Wujud kepedulian kita sebagai warga negara yang baik melalui pemilu
adalah dengan tidak golput. Suara kita sangat menentukan masa depan bangsa,
sehingga tak ada alasan lagi untuk kita golput.
Cerdas
memilih
Dari
sekian banyak pilihan, pasti ada satu pilihan yang paling baik. Tentunya, kalau
kita diminta untuk memilih maka kita akan memilih yang paling baik. Sebagai
calon pemilih kita harus bisa cerdas memilih. Memilih sesuai hati nurani dan bebas dari intervensi apapun.
Lalu, bagaimana kita bisa cerdas dalam memilih sosok pemimpin. Pertama, kita harus tahu terlebih dahulu
latar belakang masing-masing calon. Para calon pemilih bisa mengetahuinya lewat
publikasi yang ada di media, baik media massa atau elektronik. Kita bisa
melihat bagaimana latar belakang pendidikannya, pengalaman kinerjanya, sampai
pada prestasinya. Dengan demikian kita mempunyai gambaran umum terkait sosok
calon.
Kedua,
pahami visi dan misinya jika terpilih menjadi seorang pemimpin bangsa. Kita
bisa memahami program-program unggulan yang akan diusungnya. Apakah program
yang diusungnya mempuyai bobot yang baik atau tidak dalam rangka memajukan bangsa dan mensejahterakan masyarakat. Ketiga, jika kita sudah memahami seluk
beluk para calon sudah saatnya kita memantapkan pilihan. Langkah inilah yang
akan menentukan, kita harus memahami kelemahan dan keunggulan masing-masing
calon. Kita harus bisa menimbang-nimbang, kira-kira calon mana yang terbaik.
Memang, tak mudah untuk
bisa cerdas dalam memilih. Dibutuhkan proses yang jeli dalam melihat
masing-masing calon. Jadi, jangan hanya asal memilih calon tanpa adanya
pengetahuan terlebih dahulu terkait calon yang dipilih. Terlebih bagi pemilih
pemilu. Jangan hanya memlih hanya lantaran hubungan kerabat atau karena
lantaran uang pelicin yang tak seberapa nilainya. Karena memang, para pemilih
pemulalah yang kebanyakan menjadi sasaran tim sukses untuk mendongkrak suara
dengan memberikan uang pelicin. Hal ini disebabkan karena kondisi para pemilih
pemula yang masih labil, sehingga mudah terpengaruh bujuk rayu tim sukses
calon. Jikalau warga masyarakat tak golput dan cerdas dalam memilih, maka sudah
barang tentu akan menghasilkan pilihan pemimpin yang tepat dalam rangka
membangun bangsa menjadi lebih baik.
*) Muhammad Mansur,
Pengamat Politk juga Peneliti pada
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.