Selasa, 25 Juni 2013

Futsal, Media Terapi Stres

Futsal sudah menjadi sebuah kebiasaan bahkan bisa disebut sebagai tradisi di pesantrenku. Iya...futsal menjadi salah satu pilihan teman-teman untuk berbagi kebahagiaan apabila ada salah satu diantara kami mendapatkan kebahagiaan/ kenikmatan. Entah itu, akan menggelar pernikahan, usai ujian skripsi/ munaqosyah, usai wisuda, atau moment-moment lain. Kebahagian itu tak hanya dinikmati oleh yang bersangkutan, namun dibagi ke teman-teman untuk turut merasakan kebahagian itu. Keren kannn...!!!

           Selain kami harus bersyukur kepada Allah, kami di pesantren sering kali bermain futsal lantaran ada salah satu teman kami yang mendapatkan kebahagiaan. Yang bersangkutan lah yang memboking lapangan fusal agar teman-teman bisa bermain futsal. Tak peduli mengeluarkan uang ratusan ribuan untuk membayar lapangan futsal guna bermain bola barang satu atau dua jam.
           Selain sebagai media olahraga ternyata futsal sebagai alat terapi stress. Kenapa bisa seperti itu? Iya..selain menyehatkan, dengan bermain futsal kita bisa melepas canda tawa selama pertandingan berlangsung. Selalu ada yang lucu ketika bermain futsal. Yang terjadi, masalah yang kami hadapi setiap harinya bisa terlupakan. Pikiran kami pun kembali fresh tanpa sebuah beban. Yang ada adalah sebuah kebahagiaan. Bisa bercengkrama, berbagi canda dan tawa dengan teman-teman juga berbagi kebahagiaan atas sebuah hal yang kami raih. Hal yang lucu bisa karena gaya bermain teman-teman yang lucu, tendangan yang unik, lucu, terjatuhnya pemain, operan yang tak tepat sasaran, gaya tangkapan bola sang kiper, dan sebagainya. Hmmm,...pokoknya futsal bisa dikatakan terapi stres.
           Selain itu, futsal sebagai media silaturrahim. Selain media silaturrahim antara teman-teman santri, tetapi juga media silaturrahim dengan alumni yang masih tinggal di Jogja. Mereka diantaranya ada yang sudah nikah, melakukan bisnis di Jogja, dan sebagainya.
           Itulah kenapa tradisi futsal harus senantiasa dijaga kelangsungannya.hehe...
Maunya...!!!
Terlebih bulan Juni ini...banyak sekali yang menggelar tasyakuran dengan bermain futsal dengan teman-teman. Bulan ini memang banyak yang  menggelar acara pernikahan dan ada beberapa teman yang ujian skripsi/ munaqosyah. Sebagai wujud rasa syukurnya, teman-teman berbagi kebahagiaan dengan bermain futsal.
           Sekali lagi, futsal adalah hal positif yang harus terus dijaga kelangsungannya. Selain sebagai media terapi stess, juga sebagai media silaturrahim. Dan nampaknya, sebentar lagi banyak yang akan wisuda,
           Asramaku saja udah ada 4, insya Allah. mereka adalah: MAS Luqmqn Hakim, hmm...Beliau sesepuhnya asrama, hehe...terus Pak Agus Baya Umar (S2 UIN Suka), beliau ini guru besar pendidikan karakter karena tesisnya mengenai pendidikan karakter, haha. harapannya Pak Azam, ketua asramaku..semoga bisa menyusul, dan satu lagi adalaaaahhhh,,,
aku sendiri,..hehe..wisudawan termuda, DI ASRAMA maksudnya. Wkwk. Dan tentunya banyak sekali teman-teman juga yang akan menyusul wisuda. Kalau satu orang syukuran futsal satu jam saja, wuiiihh,,,bakalan futsal terus nich,..
           Ya...ditunggu dech,,,sukuran futsalnya buat kita semua.
Salam Olahraga... !!!!



Minggu, 09 Juni 2013

Alhamdulillah, Dimuat Lagi Di Majalah BAKTI

         Kala itu aku dapat kabar dari seorang kawan, kalau tulisanku di muat di majalah BAKTI Kemenag DIY. Kawanku itu tahu dari mas Bramma (pengurus redaksi Bakti) ketika ia datang ke tempat mas Bram dalam rangka menengok kelahiran putranya mas Bram “ Muhammad Jembar Munajat Aji Putra”. Hmm..nama yang bagus.Begitu tahu tulisanku di muat, aku berpikiran untuk memastikan hal itu. Benar apa tidak ya? Pikirku...Lalu pada hari, Selasa 4 Juni 2013  aku memutuskan untuk bersilaturrahim ke rumah mas Bram di Imogiri Barat, Bantul. Ya.. kebetulan sekali karena memang udah lama pingin maen kesana tapi belum terealisasikan.
           Aku pun bergegas untuk menuju rumahnya, sebelumnya aku mampir ke toko perlengkapan bayi. Untuk yang pertama kalinya aku masuk ke perlengkapan bayi, aku pilih pilih sana sini, dan aku memutuskan untuk membawakan oleh-oleh berupa mainan. Ya,,buat kenang-kenangan aja lah.
           Setelah melakukan pencarian sekitar setengah jam. Akhirnya ketemu juga..haha..
Disana mas Bram mengatakan kalau tulisannya benar-benar di muat, aku pun di beri 2 majalah Bakti, satunya untuk diberikan kepada pak Kyai, karena kebetulan ada liputan tentang acara yang dilakukan pesantren yaitu “Abdul Hadi Award”.
           Kita ngobrol banyak tentang kepenulisan. Satu hal yang tak ingat adalah bahwa menulis di media itu seperti halnya memecahkan batu. Ketika pemecah batu melakukan pukulan ke batu itu untuk ke 99, namun tak pecah dan ia menyerah, maka hal itu sangat disayangkan padahal satu pukulan lagi (pukulan ke 100) batu itu pecah. Dan menjadi keberuntungan bagi pemecah batu yang lain ketika ia meneruskan pukulan batu yang ke 100, karena pukulan yang ke seratus batu itu akan pecah.
           Hal yang bisa diambil pelajaran dari situ adalah bahwa kita tak boleh menyerah untuk mengirim tulisan ke media. Kalau gagal coba lagi dan jangan menyerah.
Setidaknya aku mendapatkan pelajaran berharga dari sini, sehingga aku tak boleh putus asa walaupun akhir-akhir ini sering di tolak media. Pokoknya hajaarr teruss dech...!!!

                                                                                                    Depok, 9 Juni 2013


Sabtu, 08 Juni 2013

Hidup Dengan Menulis

Kala itu hari Jum’at, 7 Juni 2013 aku banyak termotivasi untuk terus menulis. Hari itu,untuk ke sekian kalinya aku melihat sebuat artikel opini di koran KR yang di tulis oleh mahasiswi Pascasrjana UNY. Dia adalah Siti Muyassirotul Hafidhoh. Minggu-minggu ini benar-benar aku melihat tulisannya beberapa kali tayang di halaman opini KR.
           Salut aku,..pertama kali aku tahu Mbak Muyas saat aku berkumpul di komunitas Mata Pena. Namun, waktu itu aku belum tahu kalau beliau penulis artikel di media massa.
           Aku tahu lebih lanjut dari teman asramaku Mas Agus Baya Umar. Dan dari mas Baya aku tahu ternyata mbak Muyas itu adalah istrinya mas Muhammadun, yang waktu itu aku minta untuk mengisi training Jurnalistik di SMA N  1 Patuk tempatku PPL KKN dulu.
           Aku tahu dari Mas Baya juga mas Bramma, ternyata mereka berdua bisa hidup dengan menulis. Mereka berdua sama-sama mahasiswa pasca sarjana. Mas Muhammadun kuliah di pasca sarjana UIN da mbak Muyas di pasca sarjana UNY.
           Konon ceritanya dengan menulis mereka bisa hidup, kuliah, sewa kontrakan. Sungguh luar biasa, saat ini pun mereka sudah dikaruniai 1 anak. Hal yang patut kita contoh, memang menulis adalah sebuah profesi yang menguntungkan. Selain kita bisa berbagi ilmu, menginspirasi orang lain, mengajak kebaikan, dan kita juga bisa mendapatkan imbalan dari hasil menulis kita. Mereka berdua cukup memberikan suntikan motivasi untuk terus menulis.
           Satu lagi, bapak  Drs . Hamdan Daulay, M. Si, MA. Beliau sangat memberikan motivasi yang kuat kepadaku untuk terus menulis.
           Sore itu ketika usai mengajar TPA eL-Zahro yang lokasinya tak jauh dari rumah pak Hamdan. Aku sekedar mampir ke rumah beliau, aku ingin minta bantuan kepada beliau untuk memberikan sebuah masukan dan arahan tentang artikel yang aku tulis. artikel itu aku persiapkan untuk mengikuti lomba majalah BAKTI Kemenag DIY.
           Saat itu kita banyak berbincang bincang tentang tulis menulis di media massa. Yang aku terkagum, ternyata tulisan beliau belum lama ini dimuat di Opini Kompas. Dan beliau menceritakan kalau mendapat honor 1 juta dari hasil artikelnya. Sungguh membuat aku kagum.
           Ya...memang honor menulis di Kompas sangat besar, tapi tak semua orang tulisanya bisa di muat di koran skala nasional itu. Aku jadi berangan angan, barang kali aku bisa di muat di Kompas 3 kali saja, aku bisa mendaftar kuliah S2 dengan biaya sendiri.. Hmmm..asyiiik,,.pasti orang tuaku bangga.
           Lebih lanjut, beliau cerita kalau kumpulan artikelnya diterbitkan menjadi buku olehKementrian Agama. Dua buah judul buku, masing-masing di tahun 2001 dan 2002. Dan satu naskah buku dihargai sebesar 25 juta. Wow.. keren. Aku jadi pingin...hmm,
           Pasti kalau punya uang segitu aku bisa shodaqoh lebih banyak, bisa daftar haji dan seterusnya. Yang meyenangkan saat itu, aku diberi buku sebagai kenang-kenangan dan motivasi untuk terus menulis. Judul bukunya adalah “Memahami UMNO dan PAS dalam politik Islam di Malaysia”.  Judul buku diatas tidak lain adalah hasil disertasinya yang ia publikasikan dalam bentuk buku. Luar biasaa,...!!!!
           Mulai saat ini aku harus terus menulis, menulis, dan menulis. Yaa..semoga kita menulis tak hanya mengharap materinya saja tetapi juga dengan niatan untuk berbagi ilmu dan memberikan inspirasi untuk orang lain.
           Setidaknya ketiga orang tadi cukup memberikan semangat untuk terus menulis. Tunggu saja, pasti suatu saat namaku terpampang di koran Kompas...Bravo!!!!


Depok, 8 Juni 2013





          

Refleksi Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Dr. Busyri Muqoddas
(Wakil Ketua KPK)
Malam minggu ini, 8 Juni 2013 aku malam minggguan bersama bapak Dr. Busyro Muqoddas (Wakil Ketua KPK) dan bapak Dr. KH. Malik Madani (Katib Amm Syuriah Pengurus Besar NU). Acara malam mingguan itu bertajuk Sarasehan di Pondok Pesantren UII dengan tema: Refleksi Isra’ Mi’raj sebagai Solusi Permasalahan Kebangsaan dan Keislaman.
Dr,KH. Malik Madani
(Katib Aam Syuriah NU)
           Sangat menarik bila disimak, apa yang beliau sampaikan. Dengan pembawaan yang bagus, semua hadirin pun turut mengikuti jalannya diskusi itu, pun halnya dengan aku yang sagat antusias menyimak apa yang beliau sampaikan.
           Bapak Busyro menyampaikan bahwa perilaku korupsi sebenarnya bersumber dari adanya krisis akhlak yang melanda. Orang banyak tak bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, alias mereka kufur.
Kebiasaan suap menyuap yang sering dilakukan juga turut memicu tindakan korupsi. 
           Yang lebih mencengangkan lagi, para koruptor menggunakan istilah-istilah islami untuk melakukan sebuah transaksi.
Contohnya begini:
Nanti ketemu di pengajian saja yan?
Kata pengajian sebenarnya dimaknai para korupter sebagai sebuah tempat, hotel atau restoran misalnya untuk melakukan sebuah transaksi.
Nanti sisanya untuk kyai atau santri.
Kata Kyai yang dalam islam julukan yang bagus, ternyata digunakan sebagai istilah anggota DPR / parlemen, sedangkan kata santri identik dengan orang-orang di Kemenag. Sungguh miris mendengarnya. Itu sama saja melecehkan agama islam.
           Pemimpin sekarang bukannya melayani, tapi malah minta dilayani. Sungguh, tragedi yang sangat memprihatinkan. Beliau menyampaikan, buroq sebagai kendaraan yang ditunggangi nabi dalam isra’ mi’raj hendaklah diambil ibrah / pelajaran. Bahwasannya nabi mampu mengendalikan hewan, kita pun harus bisa mengendalikan hewan bernama hawa nafsu.
           Sedangkan pak Malik menyampaikan bahwa sholat sebagai pesan terpenting dalam peristiwa isra’ mi’raj belum lah direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Umat islam saat ini hanya melakukan pembentukan ritual belum pada pembentukan moral/ akhlak. Sehingga sholat hanya sekedar gerakan saja belum pada pengaplikasian nilai-nilai yang terkandung dalam sholat untuk  diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
           Lanjut beliau, bahwa problem bangsa ini setidaknya meliputi korupsi, terorisme dan narkoba. Dan seandainya orang bisa mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam sholat, sebenarnya orang tak akan melakukan perbuatan demikian. 
           Yang menarik lagi, beliau menyampaikan bahwasannya amanah yang diraih seseorang terkadang malah di syukuri. Dalam islam memang syukur itu adalah perbuatan yang baik. Namun, yang menjadi permasalahan adalah apakah jabatan itu nikmat?
           Iya...kalau telaah, ternyata islam memandang bahwa jabatan itu adalah amanah bukan nikmat.
           Ada sebuah cerita, bahwa ada orang dan keluarganya ketika mndengar bahwasannya ia terpilih menjadi bupati atau gubernur. Lalu mereka sujud syukur, banyak orang memandang bahwa perbuatan yang mereka lakukan baik dan tampak islami. Pak Malik malah ngelus dodo, lah kok malah disyukuri. Dapat jabatan kok di syukuri, padahal jabatan itu adalah amanah bukan nikmat.
           Momentum isra’ mi’raj ini adalah waktu yang tepat untuk kita bercermin, apakah pesan yang disampaikan dalam isra’ mi’raj yaitu sholat, sudah kita refleksikan menjadi sholihul akhlak atau hanya sekedar sholihul ‘ibadah. Inilah yang menjadi renungan kita bersama. Karena memang, kalau kita merefleksikan  nilai-nilai dalam Gerakan Dan Bacaan Sholat Menjadi Sudah Tentu Bahwa Manusia Akan Selalu Berbuat Sesuai Dengan Yang Di Syari’atka Dalam  Agama Islam.
          
                                                                                                 Depok, 9 Juni 2013

          

Minggu, 02 Juni 2013

Kondangan Pernikahan Mas Amin dan Mbak DiJe “Terunik Sepanjang Sejarah”


Mereka adalah sepasang suami istri yang telah sah terhitung sejak tanggal 15 Mei 2013. Mas Amin asli orang Brebes dan Mbak Khodijah (Kerap di panggil mbak Dije) asli orang Blora adalah pasangan yang benar benar serasi.
Dari awal keberadaannya di WeHa mereka berdua memang terlihat kompak, saling pengertian dan penuh cinta kasih. Cie cie...
           Nyata nyatanya benar –benar rasa cinta keduanya diwujudkan dalam sebuah ikatan yang suci (Mitsaqon Gholidzon) bernama pernikahan.
           Satu hal yang menjadi menarik adalah ketika kami dari rombongan WeHa mengikuti acara ngunduh mantu di rumahnya Pak Amin, tepatnya di sebuah Desa Kalinusu, Rt 04/ Rw 03 Bumiayu, Brebes, Jawa Tengah.
Kami rombongan berasal dari asrama Syafii, mantan asramanya pak Amin, asrama kebanggaan kita bersama,hehe,..ada juga rombongan dari madrasah, teman-teman Plat G, dan tentunya group rebana kontemporer kecintaan kita bersama “eL-SiP Wasilatus Sa’adah”. eL-SiP ini bagiku luar biasa, selain mengajariku tentang seni, menghibur orang lain, dan bisa jadi judul SKRIPSIKU coy... Mantap. !!! hhhehe
Hehe,,,malah nglantur sampe mana-mana...
          
Sebenernya apa sie yang menjadi unik nikahnya mas Amin dan Mbak Dije?
Hmm,..
Hal unik itu malah menjadi moment yang mengesakan bagi kami.
Teng teng...
Teng teng...
Teng teng...
Kita tak menyangka bahwa medan yang kita lalui untuk menuju rumahnya pak Amin sangat mengasikkan alias medan berat. (Hmm..mantap)
           Selain lokasinya yang jauh, sekitar memakan waktu 8 jam.. juga jalannya yang rusak parah, jalan seperti kolam renang atau bisa dibilang, kolam ikan)hehe... peace pak Amin. :)
           Kalo teman-teman nggak percaya, kebetulan rombongan kami mengabadikan kok, sebuah video klip yang diambil dari sahabat kita Chafu Art alias Charis Fuadi. Hehe...Jalan yang sampai rusak begitu, karena Pak Amin belum jadi Bupati Brebes,....Wuih,,,,coba besok lulus S2 langsung nyalon bupati, jadi Bupati pak....langsung benerin tuw jalan...Amin. Klau nggak mau ketinggian ya.. kepala desa Kalinusu lahhh,, minimal..hehe..
           Dengan kondisi jalan yang seperti itu, malah kita serombongan sangat menikmati sambil terus ngakak seperti tampak tak ada beban.Yang lebih parah lagi mobil kita nggak bisa sampai di tempat tujuan.Karena JEMBATAN PUTUS, alias masih dalam rehabilitasi. Hahaha.. Hanya ada jembatan cadangan yang bisa dilalui pejalan kaki dan sepeda motor. Kami pun harus memarkir mobil kami di lokasi sebelum jembatan.
Setelah melewati jembatan...
           Ternyata ada jemputan buat kami teman-teman... yang bikin ngakak lagi,  kita dijemput menggunakan sebuah mobil PICK UP bak terbuka....Ya.. kami tambah ngakak terus..hahaha..lucu
Kalau nggak percaya, tanya Mas Charis dech...kameramen yang satu ini selalu setia dimana aja untuk mendokumentasikan hal-hal unik.hehe..

           Wow....naek pickup...LUAR BIASA.... Seumur-umur baru kali ini, teman teman seasrama naik bak mobil Pick up bareng-bareng..heboh banget dech,,,,,,sumilirrrrrrrrrrr...xixixi


           Ada yang unik lagi, kalau rombongan kami naek pick up, ada yang ngojek pake motor. Kebetulan teman-temen ada yang datang kesana naek motor, so...bisa numpang dech.

UNIKNYA LAGI...
Tadi kan ada yang naik pick up,ada yang naek ojek kawannya sendiri, satu lagi nie...kawan kita teman-teman eL-SiP harus menyebrang kali NAEK GETHEK...hahaha...
Kalau nggak tahu gethek,...ya perahu terbuka itu, yang biasanya terbuat dari bambu... Bener2 SUNGGUH-SUNGGUH TERJADI...kayak bolang yang berpetualang.
Ya,...seneng saja, mereka kan ada yang belum pernah naik kapal, dan dengan ke rumahnya pak Amin...bisa jadi nyoba naik kapal. Hehehe..SELAMAT buat rekan2 eL-SiP Lah....selalu SIP pokoke...

Tarik napas dulu yooo,,,masih ada hal yang unik lagi lho....
           Hal lain yang menarik adalah bapak Pengasuh kita, Bapak Drs.KH.Jalal Suyuthi... ikut datang kesana. Itu berarti Pak Kyai juga mengalami hal unik tadi pastinya...
Pak Kyai yang datang sendiri malah sebelumnya sudah datang duluan di Brebes ketimbang kita,...beliau nginep di rumahnya Mas Johan...
           Uniknya, setelah acara selesai dan beliau pamit untuk pulang. Beliau minta santrinya untuk mengantarkannya melewati jalan terjal itu menggunakan motor. Lhaaa...diajaklah mas Agus Baya Umar untuk mengantarkannya. (Rupanya beliau akan pulang menggunakan Kereta Api, sehingga beliau harus menuju stasiun).
           Yang sungguh tak diduga, Pak Kyai ingin yang mengendarai motor,..Mas Baya pun..merasa agak gerah,,,dan sekaan tak percaya. Heheee.. ternyata bener pak Kyai yang didepan mboncengin Mas  Agus Baya. Wahh,,,luarr biasaa... baru lihat kali ini, santri yang di bonceng Kyai...kami pun disana ngakak lagi setelah kejadian itu,,hahaha J J J
Jembatan menuju Rumahnya Pak Amin
           Pokoknya nikahnya pak Amin menyisakan sebuah kenangan tersendiri bagi kami.Kehadiran kami jauh-jauh ke Brebes, ternyata tak sia sia... selain kami bisa berpetualang, tambah pengalaman, dan persaudaraan, keakraban dan sebagainya.
           Unik lagi, sambutan dari Perwakilan keluarg pak Amih, aku lupa namanya,..beliau masih kerabat dari orang tua PakAmin. Beliau menyampaikan sambuta  dengan pembawaan yang bagus dan dengan logat asli Brebes. Wow...mantap, bikin kami mau ketawa terus.. Beliau ceritakan tentang Desa Kalinusu, sejarahnya beliau sekolah sampai sarjana dan seterusnya dengan penuh kelucuan.
           Beliau mengatakan...kalau jaman dulu ada sarjana (S1) hanya satu sedesa Kalinusu, kalau sekarang Mahasiswa S2 hanya ada satu di desa Kalinusu, dia adalah Pak Aminuddin (redaksi setelah di bahasa Indonesiakan).Wahhhh wahh wahh,.luar biasa memang...salut dech buat Pak Amin.
Beliua sampaikan juta sebuah kta penuh makna, SEJUTA (Setia,Jujur dan Tabah). Bahwa sepasang suami istri itu harus bisa setia pada pasangannya, jujur dalam segala hal  dan harus senantiasa tabah. Sungguh, pelajaran berharga bagi kami. Terimkasih nggih pak,...
Usai acara, rombongan kami pun bergegas menuju rumah sahabat kami, yaitu Bapak Luqman Hakim. Nggak maen maen, beliau ini adalah kepala MTs Wahid Hasyim...keren kan?
           Kebetulan, saya sudah 2 kali ini ke rumah pak Luqman, sehingga sudak tak asing lagi dengan rumah dan lingkungannya.
           Ya...seperti halnya rekan-rekan yang lain lah,,,pasti usai kondangan diluar daerah,,kita selalu mampir ke rumah teman kita. Hehe..Inilah uniknya lagi, mondok di WH, kita punya teman-teman dari luar daerah. Sehingga kita pun bisa kapan saja menjelajah bumi Indonesia dengan mampir kerumah teman-teman kita.
           Setelah melepas lelah, mandi...lagi lagi,,...kami pun disuguh untuk makan lagi...
Wahhh..luar biasa,,,kalau kondangan keluar daerah pasti gini. Jangan salah kalau sehari bisa makan 4 sampai 5 kali, bahkan mungkin ada yang sampai 6 kali...hhhhh J
Menu yang khas Pekalongan pun menjadikan kita lahap lagi....Ya..begitulah,...
           Aku seneng bisa lihat teman-teman yang lahap-lahap makannya. Itu tandanya kalian sehat..hehe. Usai makan...kami pun bergegas-gegas siap-siap pamitan untuk kembali ke Kota JOGJA tercinta.,,kota budaya penuh kenangan.
Ya...begitulah
Sekelumit ceritaku yang tak tulis setelah sampai kepulangan kami dari Brebes kurang lebih pukul 02.00 karena aku nggak bisa tidur lagi. Mungkin udah banyak tidur di mobil kali ya... heheheJ
           Terimakasih semuanya, pak Amin, mbak Dije, sobat sobat semuanya... atas kenangannya...ini menjadi pengalaman kami yang unik,  indah dan berkesan yang tak kan terlupa.
           Semoga tulisan ini turut mengabadikan sebuah kenangan manis nikahnya Pak Amin dan Mbak DiJe. Teriring doa kami, semoga kedua mempelai menjadi sebuah keluarga yang rukun, aman, damai, sentausa, selamat, dam sejahtera, sakinah, mawadah, wa rahmah. Amin..semoga!!!JJJ

GALERI UNIK