Minggu, 01 Juni 2014

Training Motivasi bersama TPA AL Fahham

Ruangan terlihat penuh. Ya..ruangan itu dipenuhi oleh adik2 TPA Al Fahham, Baledono Purworejo. Terlihat, senyum ceria mereka menatap masa depan. Saat itu, tepatnya Selasa, 27 Mei 2014 saya mendapatkan kesempatan untuk memberikan suntikan motivasi kepada adik-adik TPA Al Fahham. Sungguh, sebuah kebahagian yang luar biasa  bisa berbagi kepada calon generasi muslim penerus bangsa.
       Alhamdulillah, semuanya berjalan dengan sukses dan lancar. Senyum bahagia terpancar dari wajah anak-anak. Acara semakin dahsyat, dengan aneka ice breaker, video motivasi, senam otak dan tentunya sulap asyik. Ada yang berkesan, ketika saya melihat ada ibu-ibu yang juga menyimak acara mengikuti senam otak.Hehe..lucuu… Terlihat sulit, tapi ibu itu tetep terus mencoba. Begitulah, terus mencoba, maka juga akan bisa. Belum bisa karena belum biasa.
            Satu hal lagi yang sungguh tak kuduga, ternyata pengelola TPA yang besar itu adalah suaminya guruku MAN (Bu Siti Tafrijiyah, S.Pd.I). Alhamdulillah, rasa syukur yang luar biasa, bisa sekalian silaturrahim ke  rumah ibu guruku ketika MAN. Senang rasanya bisa bertemu guru yang sudah lama tak bertemu. Semoga saja hadirnya ananda kesana menjadi sebuah kebahagiaan yang luar biasa bagi beliau. Dan harapannya, apa yang sudah saya sampaikan bisa diterima oleh anak-anak untuk menjadi generasi cerdas dan berakhlak mulia.
            Untuk para panitia, salam dahsyat dan kompak. Terihat, para panitia kompak baik seragam ataupun penyelenggaraan acaranya. Semoga saja, kedepan bisa tambah solid guna mengabdikan diri kita untuk mendidik para calon generasi bangsa. Semoga, apa yang kita lakukan benar-benar diridhoi Allah dan bermanfaat untuk semua.

Jogja, 30 Mei 2014



Training Jurnalistik Guru Asyik

     Ada yang berbeda dengan acara yang satu ini. Saya diberi kesempatan untuk mengisi acara training jurnalistik untuk peserta pelatihan guru asyik dan menyenanglan. Acara itu diselenggarakan oleh Rian Staff Organizer yang dimotori oleh adik kelas ku, bung Soleh Ariyanto. Baru kali ini aku memberikan sebuah pelatihan yang pesertanya dari berbagai daerah, dan dengan bermacam-macamnya prosesi, mulai dari mahasiswa, guru bahkan sampai dosen.
      Namun demikian, saya harus tetap berusaha dengan penuh percaya diri menyampaikan apa yang saya pahami. Jujur, memang ada perasaan ewuh prekewuh ketika harus mengisi sebuah pelatihan yang pesertanya lebih senior daripada kita. Dengan keberanian dan sebuah keyakinan, ternyata itu semua bisa saya lalui.
      Ada yang beda dari training ini, tak sekedar training jurnalistik, tapi juga ada tambahan senam otak dan ice breaker sebagai oleh-oleh peserta. Terlihat, para peserta yang sebagian besar bapak-bapak dan ibu-ibu itu sangat menikmatinya. Semoga saja, memang benar-benar membawa manfaat. Harapannya, para peserta bisa mencoba untuk menulis dan mengirimkannya ke media. Yang terpenting bukan dimuat atau tidaknya, tapi keberanian kita untuk mencoba. Orang sukses adalah orang mencoba kembali untuk bangkit ketika dirinya gagal.
Jogja, 30 Mei 2014





Cerita dan Motivasi di SD Muh. Pajangan

     Salut, melihat kekompakan para guru di SD Muhammadiyah Pajangan. Dengan kepala sekolah dari kaum perempuan tapi mampu menjadikan lembaga pendidikan itu cukup mengalami kemajuan. Tampak dari kemajuan itu adalah jumlah siswanya yang banyak. Begitulah, kesan yang saya dapat ketika diminta untuk memberikan cerita dan motivasi di sekolah tersebut tepatnya, pada hari Senin, 26 Mei 2014.
     Disana, terdapat temanku sewaktu kuliah. Sudah beda dari yang dulu. Orangnya tetap sama, tapi ternyata sudah beda panggilannya.  Hartanti Sulihandari, begitulah nama lengkapnya. Dulu kerap dipanggil mbak Ndari, tapi sekarang anak-anak di sekolah dimana ia mengajar, memanggilnya bu Tanti. Hehe…Beruntung, sekolah itu mendapat seorang guru yang tergolong berprestasi ketika menempuh study dulu.
            Bahagia, melihat anak-anak bisa tersenyum bahagia melepas kepenatan yang ada. Dibuka dengan senam otak untuk menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri siswa, sekaligus sebagai sarana refreshing bagi mereka. Prestisius….anak-anak asyik menikmatinya. Suasana semakin cair ketika mendengarkan cerita dan atraksi sulap. Tak hanya itu, anak-anak dilatih untuk bergerak dan bernyai. Hal ini untuk melatik otak motorik siswa. Kegiatan semacam ini diikuti dengan antusias oleh para peserta. Semoga saja, tidak hanya pesan moral yang didapatkan, tetapi juga sebagai wahana refreshing untuk melepas kepenatan yang mungkin selama ini dirasakan ketika belajar. Semoga saja, mereka tumbuh menjadi siswa yang tak hanya cerdas intelektualnya tetapi juga cerdas menta spiritualnya.


Jogja, 27 Mei 2014

Training Leadership Kamapuriska

         Sebuah kebanggaan yang luar biasa saat itu bisa satu forum bersama para pengurus baru Kamapuriska. Kamapuriska singkatan dari Keluarga Mahasiswa Purworejo UIN Sunan Kaijaga Yogyakarta. Organisasi ini merupakan organisasi kedaerahan yang menaungi para mahasiswa/i UIN Suka yang berasal dari Purworejo.
       Saat itu, Ahad 25 Mei 2014 merupakan sebuah moment spesial bagi Kampauriska. Yaa..karena saat itu dilangsungkan prosesi pelantikan pengurus baru yang diharapkan membawa perubahan bagi Kampauriska untuk lebih eksis dan maju. Kala itu, saya diminta untuk memberikan motivasi kepada pengurus baru tentang kepemimpinan/ leadership dalam organisasi. Tidak banyak yang saya sampaikan. Yang terpenting, sebuah rasa kebersamaan dalam organisasi harus bisa terbentuk sehingga terwujudnya sebuah team work yang kompak.
         Seorang pemimpin setidaknya harus bisa mengayomi anggotanya, membagi adil job-job yang ada sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anggotanya, serta bersikap demokratis dalam menentukan sebuah keputusan dalam organisasi. Dalam menghadapi masalah dalam organisasi, tentunya seorang pemimpin harus bisa memecahkanya dengan cepat dan tepat.
       Selanjutnya, kami ucapkan selamat dan sukses kepada ketua dan pengurus Kamapuriska yang baru. Masa depan dan warna kampauriska akan ditentukan oleh kinerja kalian. Semoga bisa bekerja professional dalam mengemban amanah kepengurusan. Dengan didasari rasa cinta dan ketulusan, insya Allah segala sesuatunya bisa menjadi  mudah dan sukses dalam membawa Kamapuriska menjadi lebih eksis dan bermanfaat untuk semua.



Jogja, 27 Mei 2014

Sebuah Catatan Kecil: Pengajian Haul XV KH. Abdul Hadi bin K. Syafii

              Malam itu, tepatnya hari Jumat, 30 Mei 2014 suasana pondok pesantren Wahid Hasyim berbeda dengan hari-hari biasa. Halaman pesantren dipenuhi oleh para jamaah yang sebagian besar berpakaian serba putih. Mereka adalah santri PP. Wahid Hasyim, masyarakat, dan juga jamaah mujahadah dzikrul ghofilin. Kedatangan mereka tidak lain untuk turut mendoakan almarhum almaghfurlah KH. Abdul Hadi bin. K. Syafi’i sebagai pendiri pesantren Wahid Hasyim.
      Dalam kesempatan pengajian Haul XV almaghfurlah KH. Abdul Hadi bin K. Syafi’i, bapak Dr. KH. Shofiyullah Muzammil selaku penceramah menyampaikan banyak hal. Ada beberapa hal yang penulis tangkap dari apa yang disampaikan beliau.
            Di awal, beliau menyampaikan tentang perbedaan kenapa kalau rasul itu yang diperingati hari lahirnya, sedangkan kyai yang diperingati adalah hari wafatnya. Beliau mengungkapkan kenapa seperti itu karena seorang rasul itu ma’sum, artinya terjaga. Sejak rasul lahir saja memang sudah menunjukkan keajaiban-keajaiban yang ada pada dirinya, sampai pada beliau wafat tetap terjaga baik dalam tingkah laku dan tutur katanya. Sedangkan, seorang kyai tak selamanya terjaga. Banyak sekali ternyata yang dulunya kyai, tapi pada akhirnya tergoda oleh godaan dunia, baik itu harta atau wanita. Fakta demikian menunjukkan bahwa seorang kyai tak selamanya bisa terjaga sampai beliau wafat. Oleh sebab itulah hari wafatnya yang diperingati.
            Adanya peringatan Haul XI KH. Abdul Hadi ini, setidaknya kita bisa mengambil pelajaran dari almarhum, bagaimana tingkah laku dan tutur kata beliau semasa hidupnya, betapa besar jasa-jasa dan perjuangannya untuk menyiarkan agama Islam kepada masyarakat. Dengan istiqomah, almarhum melakukan ibadah dan mengajarkan Islam kepada masyarakat. Begitulah faktanya, sehingga almarhum memang layak untuk dihauli dan didoakan oleh para jamaah tiap tahunnya.
Refleksi:
            Dari paparan diatas, lalu TIMBUL PERTANYAAN, KIRA-KIRA KALAU KITA SEMUANYA INI MENINGGAL KELAK  AKAN DIHAULI TIDAK YA? Jawaban atas pertanyaan demikian adalah ada pada diri kita masing-masing. Sudahkah kita bertingkah laku, bertutur kata yang baik. Sudah banyakkah amal sholih kita, sudah banyakkah jasa-jasa kita untuk mengajarkan Islam. Sedikit flash back melihat fenomena wafatnya Gus Dur, membuat kita tercengang memang. Ketika beliau wafat, ribuan orang dari penjuru  tanah air berbondong-bondong untuk memberikan penghormatan  terakhir kepada beliau. Dari para pejabat, presiden wakil presiden sampai pada orang kecil semuanya turut untuk memberikan penghormatan terakhir dan mendoakan beliau. Tak cukup hanya sampai disitu, bahkan sampai saat ini makam Gus Dur masih menjadi tempat yang selalu diziarahi oleh masyarakat, tak henti-hentinya para peziarah mendoakan almarhum. Sungguh, luar biasa yaa…
            Tak berhenti sampai disini, walaupun Gus Dur sudah wafat tapi manfaatnya masih dirasakan oleh masyarakat. Roda perekonomian masyarakat khususnya di Jombang menjadi terangkat. Hal ini dikarenakan banyak yang menjadi pedagang di area jalan menuju makam Gus Dur. Ya..kembali lagi bertanya, apakah kelak kalau kita meninggal juga akan seperti itu terus didoakan dan membawa manfaat untuk orang lain?
Apa yang harus dilakukan?
            Lalu, apa yang harus kita lakukan supaya seperti beliau-beliau diatas? Pastinya kita juga ingin, ketika meninggal nanti banyak yang mendoakan kita sehingga meringankan beban kita diakhirat.
Setidakanya, pak Shofi menyampaikan 3 hal yang sebenarnya ini juga sudah familier di telinga kita.
Yang pertama, shodaqoh jariyah. Kita harus perbanyak shodaqoh jariyah. Shodaqoh yang paling efektif adalah untuk pembangunan masjid/ pesantren atau memberikan bantuan untuk menopang aktivitas pendidikan. Sejauh masjid itu digunakan untuk ibadah maka pahala orang yang beribadah juga akan mengalir kepada diri kita. Sejauh bantuan itu digunakan untuk aktivitas pendidikan dan masih berlangsung, maka pahala orang yang menjalankan aktivitas pendidikan itu secara otomatis juga akan mengalir ke diri kita, tanpa mengurangi pahala orang yang bersangkutan. Sungguh, fenomenal bukan..
Kedua, ilmu yang bermanfaat. Sejauh kita mengajarkan ilmu yang itu lalu terus diamalkan, maka pahala orang yang mengamalkan ilmu itu juga akan mengalir ke diri kita. Pak Shofi, mencontohkan agar para orang tua bisa mengajari surat Al fatihah kepada putra-putrinya, jangan diserahkan ke ustadz, karena al fatihah itu dibaca setiap hari dalam sholat dan peribadatan, sehingga ketika anak membacanya maka otomatis orang yang mengajari pertama kalinya juga akan turut mendapatkan pahala. Subhanallah..
Ketiga, anak sholih dan sholihah. Kalau kita mempunyai anak yang sholih dan sholihah maka itu adalah sebuah aset yang besar. Anak-anak kitalah yang nantinya akan mendoakan kita baik ketika kita hidup di dunia sampai ketika kita meninggal. Betapa senangnya, kalau anak-anak kita selalu mendoakan kita.
            Selanjutnya, pak Shofi juga menyampaikan tentang fenomena yang berkembang saat ini. Beliau menyampaikan, kalau para kyai-kyai yang alim itu sudah yang meninggal, maka akan muncul kyai tiban. Kyai yang hanya berbekal sorban dan polesan ala kyai dan tampil di TV. Dengan enaknya bisa menjawab segala permasalahan tanpa sebuah ilmu yang melandasinya. Jika yang terjadi seperti itu, maka yang terjadi adalah sesat dan menyesatkan. Masyarakat akan tersesat menjalankan ajaran agama yang salah. Makanya, sebagai seorang santri hendaknya kita terus menuntut ilmu sampai khatam. Jangan sampai bangga, terkadung ditokohkan dan dikyaikan, lalu menjadi enggan lagi untuk menuntut ilmu dan mengaji. Untuk itu, santri Wahid Hasyim diharapkan mampu pelopor untuk mencetak alumni yang cerdas dan tentunya berakhlak mulia. Karena banyak orang yang pinter tapi keblinger, ini karena moralitas atau akhlaknya tidak diperhatikan.
            Itulah sedikit uraian singkat apa yang disampaikan oleh bapak Shofi. Sebenarnya, masih banyak yang belum tertuliskan di lembar ini. Namun, karena terbatasnya space dan waktu maka dicukupkan sampai sini dulu ya... Mari, melalui peringatan Haul XI KH. Abdul Hadi kita terus berupaya meneladani beliau, meneruskan perjuangan beliau, menjadikan Yayasan PP. Wahid Hasyim ini menjadi ladang beramal, mengabdi, berkhidmah untuk menghasilkan lulusan-lusan yang benar-benar berkualitas baik intelektual dan mental spiritualnya.
Terakhir…
Kita ucapkan YES…I CAN…!!!
Diawali sebuah keyakinan yang kuat dan usaha yang maksimal, semoga apa yang menjadi visi misi YPPWH bisa tercapai. Amin.


PP. WH, 31 Mei 2014