Senin, 30 November 2015

Dongeng MILAD AHe

Ahad, 29 November 2015 kak Mansur mendapatkan kesempatan untuk mengisi dongeng di acara MILAD AHe. AHe merupakan sebuah bimbingan les baca untuk anak-anak usia TK dan SD. Dalam rangka miladnya AHe menggelar berbagai kegiatan lomba yang diikuti oleh anak-anak usia dini termasuk ada lomba menebalkan huruf dan mewarnai gambar.
Sebuah kebanggaan tersendiri bisa bertemu dan shering bersama owner AHe yaitu beliau bapak Mohtadin, S.Pd.I. Sampai saat ini beliau mempunya sekitar 8 cabang AHe yang tersebar di kecamatan Aglik dan Sleman.
Dalam kesempatan ini kak Mansur berbagi keceriaan bersama anak-anak hebat. Wahh..seneng meilhat senyuman mereka yang begitu tulus. Begitu polosnya anak-anak,lucu. Canda dan tawanya mengembang tanpa ada sebuah kesedihan sedikitpun. Acara juga diselingi dengan atraksi sulap sehingga membuat anak-anak semakin tertarik dan terhibur. Semoga dongeng yang disampaikan bisa menjadi salah satu tertanamnya kebaikan di dalam sanubari anak-anak. Semangat berbagi tiada henti.  Bravo…!!!

Jogja, 1 Desember 2015

Selasa, 24 November 2015

Si Kecil Penjual Koran yang Menginspirasi



(Ini hanyalah foto ilustrasi, kebetulan waktu itu saya tidak
sempat mengabadikan gambarnya.O 
Sepulang dari TFT kemaren, Ahad 22 November 2015 ada hal yang luar biasa yang kualami. Tepat ketika perjalananku dari Kulonprogo ke Jogja ada sebuah peristiwa yang bisa dibilang mengharukan bagiku..hmm..
Teng teng…kira –kira apa ya..!!!
Ya..kala itu ketika perjalanan  ke Jogja terlihatlah dari kejauhan seorang anak kecil yang sedang berdiri menawarkan koran di sebuah perempatan lampu merah. Koran-koran…!!! Koran-koran,…!!! “begitulah kira-kira perkataanya. Terlihat raut wajahnya yang begitu memelas ditambah sengatan sinar matahari yang begitu panas yang membuat kulitnya hitam mengkilat. Dengan seketika membuatku iba dan haru, karena memang saat itu orang2 hanya melihat sepintas si kecil penjual koran ini tanpa membelinya padahal waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Pingin rasanya membelinya, tapi karena lampu hijau sudah menyala aku harus melajukan kendaraanku karena memang posisi kendaraaku ada di tengah. Setelah kendaraanku melaju menerobos lampu hijau, terbersit dalam pikiranku untuk kembali menjumpai anak itu. Akhirnya apa..karena  memang hatiku tidak tenang akhirnya aku kembali ke perempatan lampu merah untuk menjumpai anak itu.
Alhamdulillah aku bisa berjumpa dengan anak itu dan kuajak pelan-pelan ngobrol. Ternyata sungguh membuatku terharu,  dia masih kelas I SD. Karena rasa ibaku, akhirnya aku mencoba untuk membuatnya senang dengan mencoba membeli semua korannya yang waktu itu masih ada 6 buah. Betapa senangnya hati anak itu. Terlihat senyum ceria dan kepuasan yang luar biasa ketika bisa menjual koran itu. Aku benar-benar bisa merasakan kebahagiannya karena memang aku juga pernah mencoba sebuah profesi itu. Kala itu aku mahasiswa semester 6 juga berjualan koran di perempatan lampu merah. Selama ini, itulah sebuah prosesi paling mengesankan dalam hidupku. Makanya, ketika melihat orang berjualan koran di perempatan, otakku langsung menuju ke memori masa lalu dan akhirnya sebuah iba dan rasa kasihan yang muncul. Ya..memang menurutku sebuah profesi yang menantang.
Aku mencoba menghiburnya dengan permainan sulap seadanya yang ku bisa. Ternyata…subhanallah, betapa senangnya anak itu. Senyumnya sungguh lepas dan masih terbayang sampai saat ini. Terlihat ternyata memang anak ini kurang hiburan dan kasih sayang. Bagaimana tidak,  setelah ku menggali informasi, ternyata setiap pulang sekolah dia harus menyusul ibunya untuk membantu menjualkan koran. Ayah ibunya memang sama-sama seorang penjual koran di perempatan lampu merah.  Ketika hari Ahad, dia harus berjualan dari pagi hingga menjelang sore. Subhanallah…terharu sekali  aku mendengar cerita anak ini.  Masih usia di bawah umur sudah membantu bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Hmm..hebat banget.
Anak ini pantang minta-minta, tapi tetap bekerja. Inilah yang ku salut dari dia. Tak ada rasa malas untuk menjemput rezeqi. Lalu, bagaimanakah dengan kita…sudahkah kita bersemangat menjemput rezeqi dan menatap masa depan yang cerah. Kita memang perlu mengoreksi diri, ternyata selama ini kita belum memaksimalkan usaha kita. Bagiku dia adalah motivatirku. Menginspirasiku untuk terus maju, bangkit dan pantang menyerah. Begitulah kira-kira…
Setelah sedikit banyak mengobrol aku mencoba mengantarkannya untuk menemui orangtuanya. Tenyata tidak jauh dari lampu merah itu terlihat sosok ibu separuh baya dengan pakaian dan penampilan seadanya sedang duduk di trotoar sambil menimang seorang balita. Sosok ibu ini adalah ibu dari anak kecil tadi yang namanya Lukas. Setelah berbincang bincang, ternyata ibu ini adalah orang Sidomulyo, Purworejo. Betapa terkejutnya aku, ternyata beliau juga orang Purworejo. Lalu kutegaskan kalau aku juga orang Purworejo. Ibu ini mempunyai 3 orang anak, Lukas yang baru kelas David kelas 1 SMP , Lukas 1 SD, dan yang terakhir masih balita. Karena iba,  kuberikan rezeqi yang ku punya untuk ibu ini untuk keperluan rumah tangga. Subhanallah, sang ibu ini terharu dan mendoakan macam2. Dalam hatiku semakin terharu. Hiks.
Aku juga mencoba menebar tawa kepada 3 anak ini dengan beberapa obrolan hangat dan permainan sulap. Subhanallah…masih terbayang senyum itu. Betapa bahagianya mereka. Kucoba tanamkan karakter2 positif dalam diri anak ini. Betapa bahagianya bisa menghibur mereka. Namun, waktu terus berjalan dan tak mungkin aku terus berada di situ. Aku pun berpamitan, namun seakan mereka tidak mau melepas kepergiaku. “Mas..lain kali maen kesini lagi ya mas.” Bener ya mas, kapan-kapan maen lagi ! Sapa Lukas dengan penuh harap. Aku pun berpamitan dan akhirnya kita berpisah. Tampak mereka melambaikan tangan mengucapkan salam perpisahan.
Terimakasih, atas pengalaman yang berharga ini Ya Allah. Semoga menjadikan diri kita semakin bersyukur ata nikmatNya dan pantang menterah menghadapi segala tantangan dan ujian yang menghadang. Teruslah belajar dan berproses menggapai masa depan yang gemilang. 

Jogja, 24 November 2015

Senin, 23 November 2015

CERITA DIBALIK TFT batch 16

 BAGIAN 1:
Bersyukur  saya masih diberi kesempatan untuk bertemu kembali dengan peserta Training For Trainer PAUD Nasional untuk batch 16.  Selalu ada cerita dibalik sebuah peristiwa dan pengalaman. Walaupun kala itu saya tidak bisa membantu di tim GURAME (Guru Asyik Menyenangkan) secara full 3 hari, tapi Alhamdulillah masih bisa ikut gabung di hari terakhir yaitu hari Ahad, 22 November 2015. Kala itu training selama 3 hari dilaksanakan di obyek wisata alam Kalibiru Kulonprogo. Selama gabung di tim GURAME rasanya selalu banyak pengalaman dan wawasan baru.
Pelatihan kali ini sungguh luar biasa, karena untuk menjangkau tempat pelatihan harus melewati medan yang luar biasa dan tidak mudah. Acara training GURAME memang berbeda dari yang lainnya. Untuk saat ini, tim memang mengemas bentuk pelatihan yang fun dan menyatu dengan alam, jadi jangan dibayangkan acara pelatihan yang berada di gedung pertemuan hotel yang mewah dan sejenisnya. Inilah yang membuat peserta pelatihan makin berkesan dengan pelatihan ini. Bahkan, ada peserta TFT yang sudah ikut pada pelatihan sebelumnya, masih ikut lagi di acara TFT berikutnya. Subhanallah..
Satu hal lagi yang unik dari pelatihan kemaren adalah antusias peserta dari yang muda sampai tua yang luar biasa. Peserta pelatihan ternyata tidak hanya yang muda saja, tapi yang sudah lanjut usia pun masih semangat untuk ikut TFT dan belajar bersama. Bahkan ada peserta yang sudah kepala 6 atau 7 yang masih ikut pelatihan. Ini saya kira hal yang luar biasa. Semangat menuntut ilmu memang tak ada batasan usia. Inilah satu hal yang bisa kita petik hikmahnya, yang sudah bisa dibilang tua pun masih semangat untuk terus belajar dan terus belajar. Semangat jiwa muda masih tertanam  dalam jiwanya. Mestinya kita mesti berkaca dari beliau-beliau, kita sebagai genarasi muda harusnya tak loyo dan terus menuntut ilmu, mencari bekal untuk hidup di dunia dan akhirat.
Kegiatan TFT pada hari terakhir adalah outbond dan memang melibatkan aktifitas fisik. Tapi nyatanya para peserta dari muda sampe tua bisa menakhlukkan  tantangan yang menguji andrenalin. Sama dengan hidup kita, pastinya banyak tantangan dan cobaan. Namun, apakah kita harus mundur menghadapi tantangan yang berat? Tentu tidak, tantangan untuk dihadapi bukan untuk dihindari. Sebuah masalah harus diselesaikan. Lari dari masalah tak akan menyelesaikan masalah. Betulkah begitu sobat?
Untuk menakhlukkan tantangan-tantangan itu, kita perlu sebuah keyakinan yang kuat, menghilangkan ketakutan dan tentunya harus percaya diri dengan kemampuan kita. Yakin, pasti bisa. Dalam hal ini ada yang namanya visualisasi. Untuk bisa sukses menakhlukkan itu semua, selain keyakinan yang kuat maka kita bisa membayangkan atau bisa menvisualisasikan kita bisa melalui tantangan itu dengan sukses. Jangan sampai terbersit dalam pikiran kita ketidakmampuan dan kegagalan. Pikiran negatif yang kita munculkan membuat keyakianan itu musnah dan kalau sudah demikian maka  kegagalanlah yang akan terjadi. Maka yakinlah, bahwa segala sesuatu, tantangan dan ujian  dengan izin Allah akan bisa diselesaikan syaratnya kalau kita mau meyelesaikannya dengan sungguh-sungguh. Tentunya sebagai manusia usaha merumakan hak penting yang harus dilakukan, lalu bagaimana ketika gagal? Toh memang terjadang Allah berkehendak lain. Bukanlah kegagagalan adalah kesuksesan yang tertunda, maka bangkitlah kembali, takhlukkan tantangan itu. 
Itulah beberapa sekelumit catatan tentang TFT kemaren. Tentunya para peserta tak akan menyesal mengikuti event ini. Tak hanya ilmu yang didapat tapi juga banyak kenangan yang dibawa pulang oleh para peserta. Untuk itu, bagi yang belum ikut TFT, segera siapkan mental Anda dan nantikan TFT selanjutnya di bulan Februari…!!!!


      




BAGIAN 2:

(Ini hanyalah foto ilustrasi, kebetulan waktu itu saya tidak
sempat mengabadikan gambarnya.O 
Sepulang dari TFT kemaren, Ahad 22 November 2015 ada hal yang luar biasa yang kualami. Tepat ketika perjalananku dari Kulonprogo ke Jogja ada sebuah peristiwa yang bisa dibilang mengharukan bagiku..hmm..
Teng teng…kira –kira apa ya..!!!
Ya..kala itu ketika perjalanan  ke Jogja terlihatlah dari kejauhan seorang anak kecil yang sedang berdiri menawarkan koran di sebuah perempatan lampu merah. Koran-koran…!!! Koran-koran,…!!! “begitulah kira-kira perkataanya. Terlihat raut wajahnya yang begitu memelas ditambah sengatan sinar matahari yang begitu panas yang membuat kulitnya hitam mengkilat. Dengan seketika membuatku iba dan haru, karena memang belum ada yang membeli koran itu, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Pingin rasanya membelinya, tapi karena lampu hijau sudah menyala aku harus melajukan kendaraanku karena memang posisi kendaraaku ada di tengah. Setelah kendaraanku melaju menerobos lampu hijau, terbersit dalam pikiranku untuk kembali menjumpai anak itu. Akhirnya apa..karena  memang hatiku tidak tenang akhirnya aku kembali ke perempatan lampu merah untuk menjumpai anak itu.
Alhamdulillah aku bisa berjumpa dengan anak itu dan kuajak pelan-pelan ngobrol. Ternyata sungguh membuatku terharu,  dia masih kelas I SD. Karena rasa ibaku, akhirnya aku mencoba untuk membuatnya senang dengan mencoba membeli semua korannya yang waktu itu masih ada 6 buah. Betapa senangnya hati anak itu. Terlihat senyum ceria dan kepuasan yang luar biasa ketika bisa menjual koran itu. Aku benar-benar bisa merasakan kebahagiannya karena memang aku juga pernah mencoba sebuah profesi itu. Kala itu aku mahasiswa semester 6 juga berjualan koran di perempatan lampu merah. Selama ini, itulah sebuah prosesi paling mengesankan dalam hidupku. Makanya, ketika melihat orang berjualan koran di perempatan, otakku langsung menuju ke memori masa lalu dan akhirnya sebuah iba dan rasa kasihan yang muncul. Ya..memang menurutku sebuah profesi yang menantang.
Aku mencoba menghiburnya dengan permainan sulap seadanya yang ku bisa. Ternyata…subhanallah, betapa senangnya anak itu. Senyumnya sungguh lepas dan masih terbayang sampai saat ini. Terlihat ternyata memang anak ini kurang hiburan dan kasih sayang. Bagaimana tidak,  setelah ku menggali informasi, ternyata setiap pulang sekolah dia harus menyusul ibunya untuk membantu menjualkan koran. Ayah ibunya memang sama-sama seorang penjual koran di perempatan lampu merah.  Ketika hari Ahad, dia harus berjualan dari pagi hingga menjelang sore. Subhanallah…terharu sekali  aku mendengar cerita anak ini.  Masih usia di bawah umur sudah membantu bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Hmm..hebat banget.
Anak ini pantang minta-minta, tapi tetap bekerja. Inilah yang ku salut dari dia. Tak ada rasa malas untuk menjemput rezeqi. Lalu, bagaimanakah dengan kita…sudahkah kita bersemangat menjemput rezeqi dan menatap masa depan yang cerah. Kita memang perlu mengoreksi diri, ternyata selama ini kita belum memaksimalkan usaha kita. Bagiku dia adalah motivatirku. Menginspirasiku untuk terus maju, bangkit dan pantang menyerah. Begitulah kira-kira…
Setelah sedikit banyak mengobrol aku mencoba mengantarkannya untuk menemui orangtuanya. Tenyata tidak jauh dari lampu merah itu terlihat sosok ibu separuh baya dengan pakaian dan penampilan seadanya sedang duduk di trotoar sambil menimang seorang balita. Sosok ibu ini adalah ibu dari anak kecil tadi yang namanya Lukas. Setelah berbincang bincang, ternyata ibu ini adalah orang Sidomulyo, Purworejo. Betapa terkejutnya aku, ternyata beliau juga orang Purworejo. Lalu kutegaskan kalau aku juga orang Purworejo. Ibu ini mempunyai 3 orang anak, Lukas yang baru kelas David kelas 1 SMP , Lukas 1 SD, dan yang terakhir masih balita. Karena iba,  kuberikan rezeqi yang ku punya untuk ibu ini untuk keperluan rumah tangga. Subhanallah, sang ibu ini terharu dan mendoakan macam2. Dalam hatiku semakin terharu. Hiks.
Aku juga mencoba menebar tawa kepada 3 anak ini dengan beberapa obrolan hangat dan permainan sulap. Subhanallah…masih terbayang senyum itu. Betapa bahagianya mereka. Kucoba tanamkan karakter2 positif dalam diri anak ini. Betapa bahagianya bisa menghibur mereka. Namun, waktu terus berjalan dan tak mungkin aku terus berada di situ. Aku pun berpamitan, namun seakan mereka tidak mau melepas kepergiaku. “Mas..lain kali maen kesini lagi ya mas.” Bener ya mas, kapan-kapan maen lagi ! Sapa Lukas dengan penuh harap. Aku pun berpamitan dan akhirnya kita berpisah. Tampak mereka melambaikan tangan mengucapkan salam perpisahan.
Terimakasih, atas pengalaman yang berharga ini Ya Allah. Semoga menjadikan diri kita semakin bersyukur ata nikmatNya dan pantang menterah menghadapi segala tantangan dan ujian yang menghadang. Teruslah belajar dan berproses menggapai masa depan yang gemilang.

Jogja, 24 November 2015