Senin, 26 Januari 2015

MEREKA LUAR BIASA

#SLB Yaketunis (24/01/15)  Perjalananku hari ini menuju sebuah sekolah bernama SLB A Yaketunis. Sebuah sekolah yang khusus untuk siswa tuna netra. Hari ini aku menemani guruku Aris Munandar untuk melakukan wawancara guna penelitian Tesisnya. Terlihat siswa siswi berjalan dengan meraba-raba di sela-sela dinding sekolah itu. Tampak juga beberapa guru yang mereka juga mempunyai keterbatasan dalam penglihatan. Melihat kejadian seperti itu, membuat hati ini trenyuh. Rasa haru pun menyelimuti hatiku. Betapa harusnya aku bersyukur aku bisa melihat dengan normal.

#Seorang anak bernama Andi yang kita wawancarai mengungkapkan proses belajarnya yang tidak seperti apa yang dilakukan orang normal. Ya..karena ia tak bisa melihat. Namun, dengan kegigihannya yang luar biasa ia pun bisa memahami apa yang disampaikan sang guru. Aku semakin kagum dengannya, lantaran Andi merupakan anak berprestasi. Tercatat, ia sudah pernah dua kali menjuarai sebuah kejuaraan lomba catur di tingkat nasional. Sungguh, pencapaian yang luar biasa menurutku. Tak hanya itu, ia pun pernah meraih juara lomba tenis meja dan lomba adzan. Subhanallah…aku tambah terharu. Ternyata, keterbatasan seseorang bukan merupakan penghalang untuk berprestasi. Ya..ternyata Tuhan memberikan kelebihan bagi orang yang tidak bisa melihat dengan felling yang kuat dan pendengaran yang tajam. Ketika aku melihat diriku sendiri, tentunya aku harus malu, karena pencapaian prestasi selama ini belum maksimal. Ya..padahal, aku orang normal, aku bisa melihat dan mendengar dengan normal. Kita harus banyak belajar dari mereka dengan keterbatasan fisiknya bisa berprestasi. Kita harus punya komitmen yang tinggi untuk terus berprestasi, mereka saja bisa kenapa kita tidak? Iya kan..!!!

#Kita sebagai seorang guru, harusnya juga bisa banyak belajar dengan kegigihan dan kesabaran guru disana. Terkadang, kita mudah tersulut emosi, mudah marah ketika menghadapi  murid kita yang sulit memahami apa yang kita sampaikan. Ya..begitulah, padahal murid kita normal tidak seperti murid di luar sana dengan segala keterbatasan penglihatan. Mungkin, kita harus banyak berkaca pada diri sendiri, sudahkah kita mendidik dengan hati. Sungguh, seorang guru di sekolah spesial itu senantiasa mendidik dengan penuh kesabaran karena memang anak-anak di SLB itu bukan anak-anak biasa, tapi mereka anak-anak luar biasa. Hati ini semakin terharu melihat kegigihan guru-guru disana, karena tidak semua guru bisa telaten dan sabar mendidik anak di SLB. Apresiasi yang luar biasa kepada mereka, para guru disana. Terimakasih, kembali menyadarkan aku.

***
#Pada perjalanan pulang, ternyata tidak berhenti sampai disini Tuhan menunjukkan tanda-tanda kebesarannya agar aku lebih bersyukur. Ya..kala itu, aku melihat seorang penjual koran di sebuah perempuan lampu merah. Beliau adalah  orang yang sudah tua renta yang lagi-lagi diberikanoleh Tuhan, fisik yang kurang sempurna. Ya..kakinya tak bisa berjalan sempurna, tangannya pun tak bisa bergerak sebagaimana layaknya orang normal, berbicarapun sulit. Namun, sungguh luar biasa perjuangan hidup orang ini. Ya… karena ia berprofesi sebagai PENJUAL KORAN di perempatan lampu merah itu.

Aku kembali terharu, dan batinku menangis melihat orang dengan keterbatasan seperti itu masih berjuang bekerja mempertahankan hidupnya. Memory kembali mengingatkanku ketika kala itu aku juga pernah berjualan koran di perempatan lampu merah dekat Jogja Expo Center (JEC). Aku sudah pernah merasakan sendiri bagaimana rasanya berjualan koran di bawah teriknya matahari yang begitu menyengat. Profesi sebagai penjual koran adalah sebuah profesi yang paling mengesankan yang pernah saya alami. Profesi itulah yang kala itu menginspirasiku untuk bisa menulis artikel di koran. Ya..berawal dari berjualan koran, sehingga bisa menulis di koran.

#Karena rasa iba, aku pun turun untuk membeli koran itu dan memberikan uang yang mungkin tak banyak. Semoga saja orang ini selalu diberikan perlindungan dan ketegaran hidup oleh Tuhan semesta alam. Pelajaran yang sungguh berharga, orang dengan keterbatasan fisik saja, tetap berusaha dan pantang menyerah untuk bisa mempertahankan hidupnya. Kita sebagai orang yang diberikan fisik sempurna, sudah seharusnya pantang menyerah dan menatap optimis masa depan. Dengan fisik yang sempurna, kita bisa lebih banyak melakukan banyak hal. Terimakasih orang-orang yang luar biasa yang mengajariku tentang arti kehidupan. Dan tentunya kita harus banyak bersyukur dengan nikmat Tuhan yang telah Tuhan karuniakan kepadaku. Maka nikmat Tuhan manakah yang Engkau dustkakan?


Jogja, 24 Januari 2014

Tidak ada komentar: