Bersyukur saya masih diberi kesempatan untuk bertemu
kembali dengan peserta Training For Trainer PAUD Nasional untuk batch 16. Selalu ada cerita dibalik sebuah peristiwa dan
pengalaman. Walaupun kala itu saya tidak bisa membantu di tim GURAME (Guru
Asyik Menyenangkan) secara full 3 hari, tapi Alhamdulillah masih bisa ikut gabung di hari terakhir
yaitu hari Ahad, 22 November 2015. Kala itu training selama 3 hari dilaksanakan
di obyek wisata alam Kalibiru Kulonprogo. Selama gabung di tim GURAME rasanya
selalu banyak pengalaman dan wawasan baru.
Pelatihan kali ini sungguh luar biasa, karena
untuk menjangkau tempat pelatihan harus melewati medan yang luar biasa dan
tidak mudah. Acara training GURAME memang berbeda dari yang lainnya. Untuk saat
ini, tim memang mengemas bentuk pelatihan yang fun dan menyatu dengan alam,
jadi jangan dibayangkan acara pelatihan yang berada di gedung pertemuan hotel
yang mewah dan sejenisnya. Inilah yang membuat peserta pelatihan makin berkesan
dengan pelatihan ini. Bahkan, ada peserta TFT yang sudah ikut pada
pelatihan sebelumnya, masih ikut lagi di acara TFT berikutnya. Subhanallah..
Satu hal lagi yang unik dari pelatihan kemaren
adalah antusias peserta dari yang muda sampai tua yang luar biasa. Peserta
pelatihan ternyata tidak hanya yang muda saja, tapi yang sudah lanjut usia pun
masih semangat untuk ikut TFT dan belajar bersama. Bahkan ada peserta yang
sudah kepala 6 atau 7 yang masih ikut pelatihan. Ini saya kira hal yang luar
biasa. Semangat menuntut ilmu memang tak ada batasan usia. Inilah satu hal yang
bisa kita petik hikmahnya, yang sudah bisa dibilang tua pun masih semangat untuk
terus belajar dan terus belajar. Semangat jiwa muda masih tertanam dalam jiwanya. Mestinya kita mesti berkaca
dari beliau-beliau, kita sebagai genarasi muda harusnya tak loyo dan terus menuntut
ilmu, mencari bekal untuk hidup di dunia dan akhirat.
Kegiatan TFT pada hari terakhir adalah outbond
dan memang melibatkan aktifitas fisik. Tapi nyatanya para peserta dari muda
sampe tua bisa menakhlukkan tantangan
yang menguji andrenalin. Sama dengan hidup kita, pastinya banyak tantangan dan
cobaan. Namun, apakah kita harus mundur menghadapi tantangan yang berat? Tentu tidak,
tantangan untuk dihadapi bukan untuk dihindari. Sebuah masalah harus
diselesaikan. Lari dari masalah tak akan menyelesaikan masalah. Betulkah begitu
sobat?
Untuk menakhlukkan tantangan-tantangan itu, kita
perlu sebuah keyakinan yang kuat, menghilangkan ketakutan dan tentunya harus
percaya diri dengan kemampuan kita. Yakin, pasti bisa. Dalam hal ini ada yang
namanya visualisasi. Untuk bisa sukses menakhlukkan itu semua, selain keyakinan yang kuat
maka kita bisa membayangkan atau bisa menvisualisasikan kita bisa melalui
tantangan itu dengan sukses. Jangan sampai terbersit dalam pikiran kita
ketidakmampuan dan kegagalan. Pikiran negatif yang kita munculkan membuat
keyakianan itu musnah dan kalau sudah demikian maka kegagalanlah yang akan terjadi. Maka yakinlah,
bahwa segala sesuatu, tantangan dan ujian dengan izin Allah akan bisa diselesaikan
syaratnya kalau kita mau meyelesaikannya dengan sungguh-sungguh. Tentunya sebagai manusia usaha merumakan hak penting yang harus dilakukan, lalu bagaimana ketika gagal? Toh memang terjadang Allah berkehendak lain. Bukanlah kegagagalan adalah kesuksesan yang tertunda, maka bangkitlah kembali, takhlukkan tantangan itu.
Itulah beberapa sekelumit catatan tentang TFT
kemaren. Tentunya para peserta tak akan menyesal mengikuti event ini. Tak hanya ilmu yang didapat tapi juga banyak kenangan yang dibawa pulang oleh
para peserta. Untuk itu, bagi yang belum ikut TFT, segera siapkan mental Anda dan nantikan TFT selanjutnya di bulan Februari…!!!!
BAGIAN 2:
(Ini hanyalah foto ilustrasi, kebetulan waktu itu saya tidak sempat mengabadikan gambarnya.O |
Teng teng…kira –kira apa ya..!!!
Ya..kala itu ketika perjalanan ke Jogja terlihatlah dari kejauhan seorang
anak kecil yang sedang berdiri menawarkan koran di sebuah perempatan lampu merah. Koran-koran…!!! Koran-koran,…!!!
“begitulah kira-kira perkataanya. Terlihat raut wajahnya yang begitu memelas
ditambah sengatan sinar matahari yang begitu panas yang membuat kulitnya hitam mengkilat.
Dengan seketika membuatku iba dan haru, karena memang belum ada yang membeli
koran itu, padahal waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB. Pingin rasanya
membelinya, tapi karena lampu hijau sudah menyala aku harus melajukan
kendaraanku karena memang posisi kendaraaku ada di tengah. Setelah kendaraanku
melaju menerobos lampu hijau, terbersit dalam pikiranku untuk kembali menjumpai
anak itu. Akhirnya apa..karena memang
hatiku tidak tenang akhirnya aku kembali ke perempatan lampu merah untuk
menjumpai anak itu.
Alhamdulillah aku bisa berjumpa dengan anak itu dan
kuajak pelan-pelan ngobrol. Ternyata sungguh membuatku terharu, dia
masih kelas I SD. Karena rasa ibaku, akhirnya aku mencoba untuk membuatnya
senang dengan mencoba membeli semua korannya yang waktu itu masih ada 6 buah. Betapa senangnya
hati anak itu. Terlihat senyum ceria dan kepuasan yang luar biasa ketika bisa
menjual koran itu. Aku benar-benar bisa merasakan kebahagiannya karena memang
aku juga pernah mencoba sebuah profesi itu. Kala itu aku mahasiswa semester 6
juga berjualan koran di perempatan lampu merah. Selama ini, itulah sebuah
prosesi paling mengesankan dalam hidupku. Makanya, ketika melihat orang
berjualan koran di perempatan, otakku langsung menuju ke memori masa lalu dan
akhirnya sebuah iba dan rasa kasihan yang muncul. Ya..memang menurutku sebuah profesi
yang menantang.
Aku mencoba menghiburnya dengan permainan sulap seadanya
yang ku bisa. Ternyata…subhanallah, betapa senangnya anak itu. Senyumnya sungguh
lepas dan masih terbayang sampai saat ini. Terlihat ternyata memang anak ini
kurang hiburan dan kasih sayang. Bagaimana tidak, setelah ku menggali informasi, ternyata setiap
pulang sekolah dia harus menyusul ibunya untuk membantu menjualkan koran. Ayah ibunya memang sama-sama seorang penjual koran di perempatan lampu merah. Ketika hari Ahad, dia harus berjualan dari pagi hingga menjelang sore. Subhanallah…terharu
sekali aku mendengar cerita anak
ini. Masih usia di bawah umur sudah
membantu bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Hmm..hebat banget.
Anak ini pantang minta-minta, tapi tetap bekerja.
Inilah yang ku salut dari dia. Tak ada rasa malas untuk menjemput rezeqi. Lalu,
bagaimanakah dengan kita…sudahkah kita bersemangat menjemput rezeqi dan menatap
masa depan yang cerah. Kita memang perlu mengoreksi diri, ternyata selama ini
kita belum memaksimalkan usaha kita. Bagiku dia adalah motivatirku. Menginspirasiku
untuk terus maju, bangkit dan pantang menyerah. Begitulah kira-kira…
Setelah sedikit banyak mengobrol aku mencoba
mengantarkannya untuk menemui orangtuanya. Tenyata tidak jauh dari lampu merah
itu terlihat sosok ibu separuh baya dengan pakaian dan penampilan seadanya sedang
duduk di trotoar sambil menimang seorang balita. Sosok ibu ini adalah ibu dari anak
kecil tadi yang namanya Lukas. Setelah berbincang bincang, ternyata ibu ini
adalah orang Sidomulyo, Purworejo. Betapa terkejutnya aku, ternyata beliau juga
orang Purworejo. Lalu kutegaskan kalau aku juga orang Purworejo. Ibu ini
mempunyai 3 orang anak, Lukas yang baru kelas David kelas 1 SMP , Lukas 1 SD, dan
yang terakhir masih balita. Karena iba,
kuberikan rezeqi yang ku punya untuk ibu ini untuk keperluan rumah
tangga. Subhanallah, sang ibu ini terharu dan mendoakan macam2. Dalam hatiku
semakin terharu. Hiks.
Aku juga mencoba menebar tawa kepada 3 anak ini
dengan beberapa obrolan hangat dan permainan sulap. Subhanallah…masih terbayang
senyum itu. Betapa bahagianya mereka. Kucoba tanamkan karakter2 positif dalam
diri anak ini. Betapa bahagianya bisa menghibur mereka. Namun, waktu terus
berjalan dan tak mungkin aku terus berada di situ. Aku pun berpamitan, namun
seakan mereka tidak mau melepas kepergiaku. “Mas..lain kali maen kesini lagi ya
mas.” Bener ya mas, kapan-kapan maen lagi ! Sapa Lukas dengan penuh harap. Aku
pun berpamitan dan akhirnya kita berpisah. Tampak mereka melambaikan tangan
mengucapkan salam perpisahan.
Terimakasih, atas pengalaman yang berharga ini
Ya Allah. Semoga menjadikan diri kita semakin bersyukur ata nikmatNya dan
pantang menterah menghadapi segala tantangan dan ujian yang menghadang. Teruslah
belajar dan berproses menggapai masa depan yang gemilang.
Jogja, 24 November 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar