Sabtu, 08 Juni 2013

Refleksi Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

Dr. Busyri Muqoddas
(Wakil Ketua KPK)
Malam minggu ini, 8 Juni 2013 aku malam minggguan bersama bapak Dr. Busyro Muqoddas (Wakil Ketua KPK) dan bapak Dr. KH. Malik Madani (Katib Amm Syuriah Pengurus Besar NU). Acara malam mingguan itu bertajuk Sarasehan di Pondok Pesantren UII dengan tema: Refleksi Isra’ Mi’raj sebagai Solusi Permasalahan Kebangsaan dan Keislaman.
Dr,KH. Malik Madani
(Katib Aam Syuriah NU)
           Sangat menarik bila disimak, apa yang beliau sampaikan. Dengan pembawaan yang bagus, semua hadirin pun turut mengikuti jalannya diskusi itu, pun halnya dengan aku yang sagat antusias menyimak apa yang beliau sampaikan.
           Bapak Busyro menyampaikan bahwa perilaku korupsi sebenarnya bersumber dari adanya krisis akhlak yang melanda. Orang banyak tak bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah, alias mereka kufur.
Kebiasaan suap menyuap yang sering dilakukan juga turut memicu tindakan korupsi. 
           Yang lebih mencengangkan lagi, para koruptor menggunakan istilah-istilah islami untuk melakukan sebuah transaksi.
Contohnya begini:
Nanti ketemu di pengajian saja yan?
Kata pengajian sebenarnya dimaknai para korupter sebagai sebuah tempat, hotel atau restoran misalnya untuk melakukan sebuah transaksi.
Nanti sisanya untuk kyai atau santri.
Kata Kyai yang dalam islam julukan yang bagus, ternyata digunakan sebagai istilah anggota DPR / parlemen, sedangkan kata santri identik dengan orang-orang di Kemenag. Sungguh miris mendengarnya. Itu sama saja melecehkan agama islam.
           Pemimpin sekarang bukannya melayani, tapi malah minta dilayani. Sungguh, tragedi yang sangat memprihatinkan. Beliau menyampaikan, buroq sebagai kendaraan yang ditunggangi nabi dalam isra’ mi’raj hendaklah diambil ibrah / pelajaran. Bahwasannya nabi mampu mengendalikan hewan, kita pun harus bisa mengendalikan hewan bernama hawa nafsu.
           Sedangkan pak Malik menyampaikan bahwa sholat sebagai pesan terpenting dalam peristiwa isra’ mi’raj belum lah direfleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Umat islam saat ini hanya melakukan pembentukan ritual belum pada pembentukan moral/ akhlak. Sehingga sholat hanya sekedar gerakan saja belum pada pengaplikasian nilai-nilai yang terkandung dalam sholat untuk  diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
           Lanjut beliau, bahwa problem bangsa ini setidaknya meliputi korupsi, terorisme dan narkoba. Dan seandainya orang bisa mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam sholat, sebenarnya orang tak akan melakukan perbuatan demikian. 
           Yang menarik lagi, beliau menyampaikan bahwasannya amanah yang diraih seseorang terkadang malah di syukuri. Dalam islam memang syukur itu adalah perbuatan yang baik. Namun, yang menjadi permasalahan adalah apakah jabatan itu nikmat?
           Iya...kalau telaah, ternyata islam memandang bahwa jabatan itu adalah amanah bukan nikmat.
           Ada sebuah cerita, bahwa ada orang dan keluarganya ketika mndengar bahwasannya ia terpilih menjadi bupati atau gubernur. Lalu mereka sujud syukur, banyak orang memandang bahwa perbuatan yang mereka lakukan baik dan tampak islami. Pak Malik malah ngelus dodo, lah kok malah disyukuri. Dapat jabatan kok di syukuri, padahal jabatan itu adalah amanah bukan nikmat.
           Momentum isra’ mi’raj ini adalah waktu yang tepat untuk kita bercermin, apakah pesan yang disampaikan dalam isra’ mi’raj yaitu sholat, sudah kita refleksikan menjadi sholihul akhlak atau hanya sekedar sholihul ‘ibadah. Inilah yang menjadi renungan kita bersama. Karena memang, kalau kita merefleksikan  nilai-nilai dalam Gerakan Dan Bacaan Sholat Menjadi Sudah Tentu Bahwa Manusia Akan Selalu Berbuat Sesuai Dengan Yang Di Syari’atka Dalam  Agama Islam.
          
                                                                                                 Depok, 9 Juni 2013

          

Tidak ada komentar: