Sabtu, 08 Juni 2013

Hidup Dengan Menulis

Kala itu hari Jum’at, 7 Juni 2013 aku banyak termotivasi untuk terus menulis. Hari itu,untuk ke sekian kalinya aku melihat sebuat artikel opini di koran KR yang di tulis oleh mahasiswi Pascasrjana UNY. Dia adalah Siti Muyassirotul Hafidhoh. Minggu-minggu ini benar-benar aku melihat tulisannya beberapa kali tayang di halaman opini KR.
           Salut aku,..pertama kali aku tahu Mbak Muyas saat aku berkumpul di komunitas Mata Pena. Namun, waktu itu aku belum tahu kalau beliau penulis artikel di media massa.
           Aku tahu lebih lanjut dari teman asramaku Mas Agus Baya Umar. Dan dari mas Baya aku tahu ternyata mbak Muyas itu adalah istrinya mas Muhammadun, yang waktu itu aku minta untuk mengisi training Jurnalistik di SMA N  1 Patuk tempatku PPL KKN dulu.
           Aku tahu dari Mas Baya juga mas Bramma, ternyata mereka berdua bisa hidup dengan menulis. Mereka berdua sama-sama mahasiswa pasca sarjana. Mas Muhammadun kuliah di pasca sarjana UIN da mbak Muyas di pasca sarjana UNY.
           Konon ceritanya dengan menulis mereka bisa hidup, kuliah, sewa kontrakan. Sungguh luar biasa, saat ini pun mereka sudah dikaruniai 1 anak. Hal yang patut kita contoh, memang menulis adalah sebuah profesi yang menguntungkan. Selain kita bisa berbagi ilmu, menginspirasi orang lain, mengajak kebaikan, dan kita juga bisa mendapatkan imbalan dari hasil menulis kita. Mereka berdua cukup memberikan suntikan motivasi untuk terus menulis.
           Satu lagi, bapak  Drs . Hamdan Daulay, M. Si, MA. Beliau sangat memberikan motivasi yang kuat kepadaku untuk terus menulis.
           Sore itu ketika usai mengajar TPA eL-Zahro yang lokasinya tak jauh dari rumah pak Hamdan. Aku sekedar mampir ke rumah beliau, aku ingin minta bantuan kepada beliau untuk memberikan sebuah masukan dan arahan tentang artikel yang aku tulis. artikel itu aku persiapkan untuk mengikuti lomba majalah BAKTI Kemenag DIY.
           Saat itu kita banyak berbincang bincang tentang tulis menulis di media massa. Yang aku terkagum, ternyata tulisan beliau belum lama ini dimuat di Opini Kompas. Dan beliau menceritakan kalau mendapat honor 1 juta dari hasil artikelnya. Sungguh membuat aku kagum.
           Ya...memang honor menulis di Kompas sangat besar, tapi tak semua orang tulisanya bisa di muat di koran skala nasional itu. Aku jadi berangan angan, barang kali aku bisa di muat di Kompas 3 kali saja, aku bisa mendaftar kuliah S2 dengan biaya sendiri.. Hmmm..asyiiik,,.pasti orang tuaku bangga.
           Lebih lanjut, beliau cerita kalau kumpulan artikelnya diterbitkan menjadi buku olehKementrian Agama. Dua buah judul buku, masing-masing di tahun 2001 dan 2002. Dan satu naskah buku dihargai sebesar 25 juta. Wow.. keren. Aku jadi pingin...hmm,
           Pasti kalau punya uang segitu aku bisa shodaqoh lebih banyak, bisa daftar haji dan seterusnya. Yang meyenangkan saat itu, aku diberi buku sebagai kenang-kenangan dan motivasi untuk terus menulis. Judul bukunya adalah “Memahami UMNO dan PAS dalam politik Islam di Malaysia”.  Judul buku diatas tidak lain adalah hasil disertasinya yang ia publikasikan dalam bentuk buku. Luar biasaa,...!!!!
           Mulai saat ini aku harus terus menulis, menulis, dan menulis. Yaa..semoga kita menulis tak hanya mengharap materinya saja tetapi juga dengan niatan untuk berbagi ilmu dan memberikan inspirasi untuk orang lain.
           Setidaknya ketiga orang tadi cukup memberikan semangat untuk terus menulis. Tunggu saja, pasti suatu saat namaku terpampang di koran Kompas...Bravo!!!!


Depok, 8 Juni 2013





          

Tidak ada komentar: