Kala
itu wanita paruh baya datang ke PP. Wahid Hasyim. Lalu aku temui beliau di
depan kantor.Mbak Ana namanya. Setelah itu beliau cerita bahwa beliau adalah
seorang istri yang pisah ranjang dengan suaminya lantaran mereka berbeda agama.
Mbak Ana agama Islam, dan suaminya I Ketut Wirna bin Imade Wandra beragama
Hindu. Saat ini suaminya Mbak Ana tinggal di Bali sudah 3 tahun ini, sedangkan
Mbak Ana tinggal diNologaten.
Mbak Ana meminta doa kepada teman-teman
untuk mendoakan agar suaminya bisa masuk Islam dan bisa bersama-sama menjalin
hubungan keluarga yang harmonis. Beliau membawa puluhan nasi bungkus untuk
teman-teman dengan harapan mau mendoakan dirinya agar agar suaminya bisa masuk
ke agama Islam.
Tapi saya salut dengan beliau, dalam
urusan bisnis, dia bidangnya. Alumni YKPN itu sudah melalang buana untuk urusan
bisnis. Dan katanya, dia nggak pernah megang uang keci. Walaupun begitu, ia tak
lupa untuk bershodaqoh. Dia katakan begini, kalau kita ingin kaya, kita harus
mengkayakan orang lain dalam artian rajin bershodaqoh. Entah berapa pun itu,
yang penting terus bershodaqoh. Itu kuncinya, paparnya.
Lebih lanjut aku cerita tentang
pengalaman bisnisku dan pengalamanku nulis di media massa, yang akhir-akhir
mengalami kegagalan dan ditolak media. Lanjut kata dia, dia bilang mungkin itu
kurang sedekah. Langsung mak deg, batinku,..
Dia melanjutkan lagi, kalau kita
ingin terus mempertahankan tulisan kita dimuat, rajinlah bershodaqoh. Honor
yang kita dapatkan dari media, sebisa mungkin sebagian kita shodaqohkan.
Wahh...aku langsung membatin. Iya
juga ya...untuk urusan shodaqoh sudah tak laksanakan tapi untuk istiqomahnya
memang tak akui belum. Untuk itu, aku akan berusaha untuk rajin bershodaqoh.
Semoga saja bisa istiqomah. Terimakasih mbak Ana, yang telah mengingatkan aku.
Jogja, 30 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar