Sabtu, 13 Juli 2013

Pelajaran Berharga dari Mbak Ana

Kala itu wanita paruh baya datang ke PP. Wahid Hasyim. Lalu aku temui beliau di depan kantor.Mbak Ana namanya. Setelah itu beliau cerita bahwa beliau adalah seorang istri yang pisah ranjang dengan suaminya lantaran mereka berbeda agama. Mbak Ana agama Islam, dan suaminya I Ketut Wirna bin Imade Wandra beragama Hindu. Saat ini suaminya Mbak Ana tinggal di Bali sudah 3 tahun ini, sedangkan Mbak Ana tinggal diNologaten.
           Mbak Ana meminta doa kepada teman-teman untuk mendoakan agar suaminya bisa masuk Islam dan bisa bersama-sama menjalin hubungan keluarga yang harmonis. Beliau membawa puluhan nasi bungkus untuk teman-teman dengan harapan mau mendoakan dirinya agar agar suaminya bisa masuk ke agama Islam.
           Tapi saya salut dengan beliau, dalam urusan bisnis, dia bidangnya. Alumni YKPN itu sudah melalang buana untuk urusan bisnis. Dan katanya, dia nggak pernah megang uang keci. Walaupun begitu, ia tak lupa untuk bershodaqoh. Dia katakan begini, kalau kita ingin kaya, kita harus mengkayakan orang lain dalam artian rajin bershodaqoh. Entah berapa pun itu, yang penting terus bershodaqoh. Itu kuncinya, paparnya.
           Lebih lanjut aku cerita tentang pengalaman bisnisku dan pengalamanku nulis di media massa, yang akhir-akhir mengalami kegagalan dan ditolak media. Lanjut kata dia, dia bilang mungkin itu kurang sedekah. Langsung mak deg, batinku,..
           Dia melanjutkan lagi, kalau kita ingin terus mempertahankan tulisan kita dimuat, rajinlah bershodaqoh. Honor yang kita dapatkan dari media, sebisa mungkin sebagian kita shodaqohkan.
           Wahh...aku langsung membatin. Iya juga ya...untuk urusan shodaqoh sudah tak laksanakan tapi untuk istiqomahnya memang tak akui belum. Untuk itu, aku akan berusaha untuk rajin bershodaqoh. Semoga saja bisa istiqomah. Terimakasih mbak Ana, yang telah mengingatkan aku.


                                      Jogja, 30 Mei 2013

Tidak ada komentar: