Senin, 16 Desember 2013

Haji dan Perilaku Korupsi (OPINI KR, 07/09/ 2013)


 Haji dan Perilaku Korupsi

Banyak orang bertanya-tanya, kenapa para koruptor di negeri ini kebanyakan sudah menunaikan ibadah haji? Sebut saja mereka para aktivis partai yang katanya ingin mengabdikan diri untuk bangsa ini, tak sedikit dari mereka sudah bertitle “haji”, bahkan sudah berkali kali menunaikan ibadah ke tanah suci. Lalu, kenapa tindakan korupsi masih saja mereka kakukan. Bukankah mereka sudah melengkapi rukun islamnya dengan berhaji?
Pertanyaan diatas sudah sepatutnya kita renungkan bersama. Apakah ada yang salah dengan ibadah haji yang dilakukan oleh para jamaah haji di Indonesia? Sebenarnya ini menyangkut pribadi masing-masing orang. Namun, apa salahnya kita mengoreksi bersama bagaimana tindakan amoral yang dilakukan oleh orang yang bertitle haji itu terus dilakukan.
Yang menjadi sorotan pertama kali adalah bahwa saat ini haji hanya dipandang dari segi ritual semata bukan pada aspek maqoshid/ maksud dan tujuan ibadah haji itu sendiri. Semuanya berhenti sebatas pelakasanaan ritual peribadatan fisik, belum pada aspek pemaknaan dan refleksi ibadah haji dalam sendi sendi kehidupan. Dengan demikian, para jamaah pun mempunyai niatan yang berbeda beda dalam menunaikan ibadah haji. Ada yang hanya ingin menaikkan status sosial dengan menyandang gelar haji/ hajjah, ingin unjuk kekayaan kepada orang lain, atau niatan niatan lain yang semestinya itu dikubur dalam-dalam.
Memang, kita tidak bisa serta merta menyalahkan para jamaah haji, karena memang tidak semua lembaga bimbingan haji menjelaskan hakikat dan makna ibadah haji itu sendiri secara mendalam. Kebanyakan hanya berhenti pada tata cara peribadatan haji. Hal demikian mengakibatkan tak ada perubahan moralitas yang lebih baik antara sebelum dan sesudah melakukan ibadah haji. Al hasil, para pejabat pemerintah yang sudah bertitle haji pun masih saja melakukan tindakan bejat berupa korupsi. Hal ini tentunya harus disorot tajam oleh para penyelenggara ibadah haji.  Dalam hal ini Kementrian Agama (Kemenag)  ataupun pihak lembaga  bimbingan haji harus benar-benar menaruh perhatian khusus pada aspek ini. Dengan demikian, haji tak hanya sebatas aspek ritual peribadatan namun juga berimbas pada perubahan tingkah laku.
Pelurusan Niat
Haji sebagai ibadah yang mulia haruslah didasarkan pada niatan karena mencari ridho Allah dalam rangka memenuhi panggilan Allah. Ibadah haji bukan semata untuk mendapatkan title haji yang menyebabkan riya’. Seyogyanya orang yang benar-benar ikhlas melaksanakan ibadah haji tak akan marah ketika namanya tak dipanggil dengan sebutan haji. Tapi, terkadang realitas yang ada sekarang, masih ada saja orang yang kurang berkenal jika tak dipanggil dengan gelar haji. Niat inilah sebenarnya yang harus dibenahi.  Sejak awal sebelum jamaah haji berangkat ke tanah suci haruslah terlebih dahulu meluruskan niat karena memenuhi panggilan Allah SWT, bukan karena sebab riya’ kepada manusia.
Pemahaman Ritual Haji
Ibadah haji merupakan puncak spritual yang kegiatannya paling kompleks. Mulai dari kegiatan fisik, lisan dan rohani serta pengorbanan jiwa dan raga. Artinya semua aspek tercakup dalam ibadah haji. Dalam ritual haji harusnya dimaknai dengan benar. Tak sebatas pada prosesi lahiriah formal tapi bagaimana menjadi sebuah moment revolusi diri baik aspek lahir ataupun batin.
Tentunya bila ditelisik lebih lanjut terdapat sebuah makna dari ritual ibadah haji. Ritual haji dijalankan sebagai wujud penghambaan hamba terhadap sang Kholiq. Dan jika ditelusuri, ternyata terdapat berbagai hikmah yang bisa dipetik dari ritual ibadah haji. Itu semua harusnya bisa memberikan makna yang mendalam kepada jamaah haji. Dan ini merupakan salah satu tugas utama pihak penyelenggara haji dan lembaga bimbingan haji untuk tidak sekedar mengajari tata cara peribadatan, tapi juga pemaknaan ritual haji itu sendiri. Dengan demikian, setelah pulang dari ibadah haji bisa menjadi pribadi yang semakin taqwa, unggul dan bermoral sehingga tak ada lagi tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat pemerintah yang bertitle haji.

*)Muhammad Mansur, S.Pd.I, mahasiswa Pasca Sarjana UIN Suka, santri Ma’had Aly PP. Wahid Hasyim Yogyakarta.

Tidak ada komentar: