Jangan
Anggap Remeh Pendidikan Pesantren?
Bangsa
Indonesia kini dihadapkan pada problematika yang tak akan ada habisnya. Yaitu
semakin lunturnya moralitas peserta didik. Terlihat banyak sekali ulah para peserta
didik yang sebenarnya itu tak pantas dilakukan oleh seorang penuntut ilmu.
Lihat saja, banyak sekali para pelajar yang melakukan tindakan seks bebas, penyalahgunaan
narkoba, tawuran antar pelajar, belum lagi penganiayaan bahkan sampai
pembunuhan. Hal diatas bukanlah hal yang mengejutkan lagi, tapi hal ini sungguh
memprihatinkan bagi kita semua.
Pendidikan
di sekolah, seakan tak cukup membendung perilaku bejatnya peserta didik kita
generasi akhir-akhir ini. Lalu, bagaimanakah peran pendidikan dalam hal ini? Tentu,
kita akan berpikir kenapa hal ini sampai bisa terjadi padahal peserta didik
adalah orang yang berpendidikan. Setidaknya, mereka tahu mana yang boleh
dilakukan dan mana yang tak boleh dilakukan. Inilah yang menjadi sebuah
keresahan yang harus dicarikan solusi secara cepat dan tepat.
Terkadang,
orang menganggap pendidikan pesantren sebagai sesuatu yang kuno, atau ada yang
menyebutkan lagi kolot. Mereka tanpa
tahu, bagaimana sebenarnya pendidikan pesantren. Pendidikan pesantren inilah,
yang sebenarnya bisa menjadi solusi akan permasalahan diatas. Bagaimana tidak, pendidikan
pesantren menjunjung nilai-nilai moralitas yang tinggi yang bisa menjadikan
kepribadian siswa lebih berakhlak. Tentunya, akan sangat berbeda kualitas
peserta didik jebolan sekolah umum, dengan peserta didik jebolan sekolah /
madrasah yang terintergrasi dengan kurikulum pesantren.
Pendidikan
pesantren saat ini malah bisa dikatakan sebagai pendidikan yang plus artinya mempunyai nilai lebih.
Kenapa demikian? Karena selain menyelenggarakan pendidikan umum, pendidikan
pesantren juga membekali para peserta didik dengan aspek agama sebagai bekal
hidup nanti. Sehingga, nantinya jebolan pendidikan pesantren tak hanya sekedar
pintar tapi juga bermoral. Tidak ketinggalan, pendidikan pesantren saat ini
juga turut mengimbangi dunia teknologi yang yang berkembang pesat. Jadi, jangan
khawatir lulusan pesantren menjadi lulusan yang gaptek.
Sekolah/madrasah
yang terintegrasi dengan pesantren mampu menjadikan siswa lebih mandiri,
disiplin dan tanggungjawab. Kehidupan di pesantren, secara tidak langsung
mengajari peserta didik untuk menjadi pribadi yang mandiri, disiplin, tanggungjawab
dan tentunya berakhlakul karimah. Sosok figur kyai di pesantren juga akan turut
mempengaruhi kepribadian dan sikap peserta didik (sebut: santri). Sosok santri secara langsung akan melihat figur
seorang kyai dan meneladani kepribadian/ sikap seorang kyai. Disini juga akan
terlihat sikap lebih menghargai seorang guru atau yang kita kenal dengan
istilah ta’dzim. Keta’dziman seorang
santri akan terlihat dalam kesungguhan hatinya dalam menuntut ilmu di
pesantren.
Sebagai
pendidikan yang mengedepankan aspek moralitas, tentunya sangat mengedepankan
nilai-nilai luhur dan karakter peserta didik. Peserta didik, sejak dini
dibiasakan dengan mengucap salam bila bertemu teman atau bapak ibu guru,
pembiasaan aspek ibadah, dan belajar menghargai sesama karena hidup dalam
kebersamaan. Hal ini akan menjadi karakter kuat peserta didik yang nanti akan
terus ia bawa sampai dewasa.
Di
jenjang sekolah menengah, pendidikan pesantren saat ini terus berbenah
menawarkan program-program unggulan dalam rangka mengembangkan peserta didik
menjadi manusia yang mampu hidup di zamannya. Saat ini, peserta didik di
pesantren tidak hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan umum, ataupun
pengetahuan agama, tetapi juga dibekali dengan ketrampilan-ketrampilan khusus.
Terlihat, banyak sekali pendidikan pesantren yang menawarkan program
ketrampilan, baik itu teknik mesin, menjahit, sablon, TI (Teknologi dan Informasi),
tata boga dan lain sebagainya. Hal ini merupakan langkah-langkah efektif guna
menyiapkan para peserta didik mampu berkompetisi kelak di kehidupan yang
sebenarnya.
Kini,
pendidikan pesantren semakin diburu oleh masyarakat karena masyarakat sudah
bosan dengan pendidikan umum yang hanya mencetak orang yang cerdas tapi tak bermoral,
orang yang pintar tapi untuk memintari orang lain. Hal ini terbukti, banyak
sekali para pejabat-pejabat pemerintah yang melakukan tindak pidana korupsi.
Padahal mereka tahu, bahwa korupsi merupakan tindakan yang tidak baik. Namun,
tetap saja ia lakukan karena imannya mudah tergoda oleh hal-hal keduniawian.
Mereka sebenarnya orang cerdas, tapi tak bermoral. Itulah yang menjadi negeri
ini seakan hanya berjalan ditempat dan kurang terdengar gaungnya di kancah
nasional. Hal itu disebabkan karena pejabat pemerintahnya hanya mengurusi
kepentingannya masing-masing. Mereka hanya disibukkan dengan mencari sela-sela,
peluang atau ruang kosong yang bisa
mereka gunakan untuk jalan mengkorup uang rakyat.
Pendidikan
pesantren akan sangat memungkinkan menjadi salah satu solusi dalam mencetak
para pemimpin yang amanah. Bangsa ini sudah rindu dengan pemimpin bangsa yang
jujur, amanah, tanggungjawab dan bisa mengayomi masyarakat. Namun, sayangnya sampai
saat ini belum tampak pemimpin yang dimaksud. Para elite politik hanya
mengumbar janji manis di awal, dan melupakan janjinya ketika impiannya sudah
tercapai. Hal inilah realitanya, pemimpin bangsa ini hanya kerap melakukan
kebohongan publik.
Maka
dari itu, berharap terlahir pejabat pemerintah jebolan dari pendidikan
pesantren yang mengedepankan aspek kejujuran. Yang tidak hanya cerdas, tapi
bermoral. Sehingga bisa menjalankan
tugas dengan penuh amanah, tanggungjawab serta menjunjung tinggi kepentingan
masyarakat. Dengan pendidikan pesantren, diharapkan mampu melahirkan para kaum
intelektualis yang agamis, ataupun agamawan yang intelektualis. Semoga!
(* Muhammad
Mansur, Guru dan Waka. Kurikulum MI Wahid Hasyim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar