Senin, 16 Desember 2013

Jangan Anggap Remeh Pendidikan Pesantren? (Majalah BAKTI Kemenag DIY edisi Juni 2013)




Jangan Anggap Remeh Pendidikan Pesantren?

                 Bangsa Indonesia kini dihadapkan pada problematika yang tak akan ada habisnya. Yaitu semakin lunturnya moralitas peserta didik. Terlihat banyak sekali ulah para peserta didik yang sebenarnya itu tak pantas dilakukan oleh seorang penuntut ilmu. Lihat saja, banyak sekali para pelajar yang melakukan tindakan seks bebas, penyalahgunaan narkoba, tawuran antar pelajar, belum lagi penganiayaan bahkan sampai pembunuhan. Hal diatas bukanlah hal yang mengejutkan lagi, tapi hal ini sungguh memprihatinkan bagi kita semua.
                 Pendidikan di sekolah, seakan tak cukup membendung perilaku bejatnya peserta didik kita generasi akhir-akhir ini. Lalu, bagaimanakah peran pendidikan dalam hal ini? Tentu, kita akan berpikir kenapa hal ini sampai bisa terjadi padahal peserta didik adalah orang yang berpendidikan. Setidaknya, mereka tahu mana yang boleh dilakukan dan mana yang tak boleh dilakukan. Inilah yang menjadi sebuah keresahan yang harus dicarikan solusi secara cepat dan tepat.
                 Terkadang, orang menganggap pendidikan pesantren sebagai sesuatu yang kuno, atau ada yang menyebutkan lagi kolot. Mereka tanpa tahu, bagaimana sebenarnya pendidikan pesantren. Pendidikan pesantren inilah, yang sebenarnya bisa menjadi solusi akan permasalahan diatas. Bagaimana tidak, pendidikan pesantren menjunjung nilai-nilai moralitas yang tinggi yang bisa menjadikan kepribadian siswa lebih berakhlak. Tentunya, akan sangat berbeda kualitas peserta didik jebolan sekolah umum, dengan peserta didik jebolan sekolah / madrasah yang terintergrasi dengan kurikulum pesantren.
                 Pendidikan pesantren saat ini malah bisa dikatakan sebagai pendidikan yang plus artinya mempunyai nilai lebih. Kenapa demikian? Karena selain menyelenggarakan pendidikan umum, pendidikan pesantren juga membekali para peserta didik dengan aspek agama sebagai bekal hidup nanti. Sehingga, nantinya jebolan pendidikan pesantren tak hanya sekedar pintar tapi juga bermoral. Tidak ketinggalan, pendidikan pesantren saat ini juga turut mengimbangi dunia teknologi yang yang berkembang pesat. Jadi, jangan khawatir lulusan pesantren menjadi lulusan yang gaptek.
                 Sekolah/madrasah yang terintegrasi dengan pesantren mampu menjadikan siswa lebih mandiri, disiplin dan tanggungjawab. Kehidupan di pesantren, secara tidak langsung mengajari peserta didik untuk menjadi pribadi yang mandiri, disiplin, tanggungjawab dan tentunya berakhlakul karimah. Sosok figur kyai di pesantren juga akan turut mempengaruhi kepribadian dan sikap peserta didik (sebut: santri). Sosok santri secara langsung akan melihat figur seorang kyai dan meneladani kepribadian/ sikap seorang kyai. Disini juga akan terlihat sikap lebih menghargai seorang guru atau yang kita kenal dengan istilah ta’dzim. Keta’dziman seorang santri akan terlihat dalam kesungguhan hatinya dalam menuntut ilmu di pesantren.
                 Sebagai pendidikan yang mengedepankan aspek moralitas, tentunya sangat mengedepankan nilai-nilai luhur dan karakter peserta didik. Peserta didik, sejak dini dibiasakan dengan mengucap salam bila bertemu teman atau bapak ibu guru, pembiasaan aspek ibadah, dan belajar menghargai sesama karena hidup dalam kebersamaan. Hal ini akan menjadi karakter kuat peserta didik yang nanti akan terus ia bawa sampai dewasa.
                 Di jenjang sekolah menengah, pendidikan pesantren saat ini terus berbenah menawarkan program-program unggulan dalam rangka mengembangkan peserta didik menjadi manusia yang mampu hidup di zamannya. Saat ini, peserta didik di pesantren tidak hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan umum, ataupun pengetahuan agama, tetapi juga dibekali dengan ketrampilan-ketrampilan khusus. Terlihat, banyak sekali pendidikan pesantren yang menawarkan program ketrampilan, baik itu teknik mesin, menjahit, sablon, TI (Teknologi dan Informasi), tata boga dan lain sebagainya. Hal ini merupakan langkah-langkah efektif guna menyiapkan para peserta didik mampu berkompetisi kelak di kehidupan yang sebenarnya.
                 Kini, pendidikan pesantren semakin diburu oleh masyarakat karena masyarakat sudah bosan dengan pendidikan umum yang hanya mencetak orang yang cerdas tapi tak bermoral, orang yang pintar tapi untuk memintari orang lain. Hal ini terbukti, banyak sekali para pejabat-pejabat pemerintah yang melakukan tindak pidana korupsi. Padahal mereka tahu, bahwa korupsi merupakan tindakan yang tidak baik. Namun, tetap saja ia lakukan karena imannya mudah tergoda oleh hal-hal keduniawian. Mereka sebenarnya orang cerdas, tapi tak bermoral. Itulah yang menjadi negeri ini seakan hanya berjalan ditempat dan kurang terdengar gaungnya di kancah nasional. Hal itu disebabkan karena pejabat pemerintahnya hanya mengurusi kepentingannya masing-masing. Mereka hanya disibukkan dengan mencari sela-sela, peluang atau ruang kosong yang bisa  mereka gunakan untuk jalan mengkorup uang rakyat.
                 Pendidikan pesantren akan sangat memungkinkan menjadi salah satu solusi dalam mencetak para pemimpin yang amanah. Bangsa ini sudah rindu dengan pemimpin bangsa yang jujur, amanah, tanggungjawab dan bisa mengayomi masyarakat. Namun, sayangnya sampai saat ini belum tampak pemimpin yang dimaksud. Para elite politik hanya mengumbar janji manis di awal, dan melupakan janjinya ketika impiannya sudah tercapai. Hal inilah realitanya, pemimpin bangsa ini hanya kerap melakukan kebohongan publik.
                 Maka dari itu, berharap terlahir pejabat pemerintah jebolan dari pendidikan pesantren yang mengedepankan aspek kejujuran. Yang tidak hanya cerdas, tapi bermoral.  Sehingga bisa menjalankan tugas dengan penuh amanah, tanggungjawab serta menjunjung tinggi kepentingan masyarakat. Dengan pendidikan pesantren, diharapkan mampu melahirkan para kaum intelektualis yang agamis, ataupun agamawan yang intelektualis. Semoga!

 (* Muhammad Mansur, Guru dan Waka. Kurikulum MI Wahid Hasyim.

Tidak ada komentar: