RESENSI BUKU
Judul Buku : Menerapkan Pendidikan Karakter di
Sekolah
Penulis :
Suyadi, M.Pd.I
Penerbit :
Mentari Pustaka, Yogyakarta
Cetakan :
Januari 2012
Jumlah halaman :
xix + 211halaman
Bertubi-tubi bangsa ini dilanda musibah dan
bencana, baik berupa gempa bumi maupun letusan gunung berapi, hingga
bencana moral maupun letusan konflik sosial. Tawuran antar pelajar terjadi
dimana-mana, pergaulan bebas semakin membudaya, premanisme semakin merajalela, bentrok
antar suku-ras-etnis kian menggejala, dan lain sebagianya. Sebelum
fenomena-fenomena itu mencuat, masyarakat diresahkan dengan kasus-kasus seperti “cicak
vs buaya”, ledakan bank Century, mafia hukum, makelar kasus, PNS muda kaya
raya, isu-isu terorisme, bom bunuh diri, dan lain sebagainya. Lengkap sudah bencana moral, gempa sosial, agama,
politik dan hukum hingga krisis multidimensi, krisis etika, krisis kepercayaan
diri dan sosial. Semuanya datang silih berganti mendera bangsa ini
bertubi-tubi dan cenderung menjadi jadi.
Kemendikbud
mensinyalir bahwa sumber dari bencana moral di atas adalah terabaikan karakter
bangsa. Oleh karena itu, perlu dilakukan gerakan nasional Pendidikan Karakter. Pasalnya
aktor dibalik semua itu adalah orang-orang terdidik (Kemendikbud, 2010). Sinyalemen
ini diperkuat oleh sejarah bangsa-bangsa yang selalu mengedepankan karakter
sebagai solusi berbagai persoalan yang menerpanya. Revitalisasi bangsa Jerman
oleh kekalahan perang dengan Prancis dilakukan dengan pendidikan karakter dan
spiritualis. Jepang menata ulang negerinya menghadapi urbanisasi, disertai
introduksi pendidikan moral. Amerika pada akhir abad menghadapi krisis global
dengan mengintroduksikan kembali pendidikan karakter (Amin Abdullah, 2011).
Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan gerakan nasional Pendidikan
Karakter.
Suyadi,
penulis lebih dari 40 buku merespon gerakan tersebut dengan menulis buku ini.
Secara umum, buku ini berisi enam bagian, yakni: landasan filosofis pendidikan
karakter (halaman 1-12), hakikat pendidikan karakter beserta 18 (delapan belas)
nilai karakter yang dirumuskan Kemendikbud (halaman 19-24), model pendidikan
karakter di sekolah/ madrasah (halaman 41-42), strategi-strategi pembelajaran
bermuatan karakter (halaman 53-92), implementasi pendidikan karakter dalam
berbagai mata pelajaran (halaman 99-179),
dan model evaluasi pendidikan karakter (halaman 183-209).
Berbeda
dengan buku-buku pendidikan karakter yang ada, buku ini tidak sebatas membahas
secara konseptual-teoritis semata, melainkan lebih menekankan pada penerapan
secara praktis-metodologis. Bukan hanya itu, buku ini juga dilengkapi dengan beberapa strategi
pembelajaran aktif-menyenangkan (Active Learning, Cooperative Learning, Contectual Teaching and Learning, dan
lain-lain) yang bermuatan karakter (halaman 53-92). Artinya, di samping
memadukan antara pendidikan karakter dengan berbagai mata pelajaran di sekolah,
buku ini juga memadukan antara pendidikan karakter dengan strategi
pembelajaran. Hal ini penting karena pembelajaran berkarakter akan lebih
efektif jika ditunjang dengan strategi yang bermuatan karakter pula
Suatu hal yang menarik dalam buku ini adalah
pada Bab lima, dimana penulis mendedahkan terobosan baru bagaimana implementasi
pendidikan karakter dalam praktik pembelajaran di sekolah/ madrasah pada semua
mata pelajaran, seperti Matematika, IPA, IPS, Sains, Bahasa dan Sastra, Seni,
PKn, Penjasor, Seni-Budaya, dan lain sebagainya sehingga semua guru akan
mendapatkan manfaat dari membaca buku ini.
Inti dari penerapan pendidikan karakter dalam
berbagai mata pelajaran tersebut adalah internalisasi kebenaran ilmiah yang
diperoleh melalui proses pembelajaran ke dalam mind set peserta didik,
sehingga berpengaruh pada perubahan pola pikir peserta didik dan berimplikasi
pada perubahan perilaku serta kebiasaan hidup sehari-hari. Penulis mencontohkan
implementasi pendidikan karakter tersebut ke dalam mata pelajaran Matematika.
Jika jarak rumah dan sekolah seorang siswa adalah 10 Km, sedangkan ia ke
sekolah dengan bersepeda dengan kecepatan 20 Km/ jam, pada jam berapakah siswa
tersebut harus berangkat ke sekolah agar tidak terlambat (jika masuk sekolah
jam 07.00)? Jawabannya akan ketemu 06. 30 WIB. Sebab, siswa tersebut memerlukan
waktu 30 menit untuk sampai di sekolah. Jawabannya akan ketemu 06.30 WIB.
Sebab, siswa tersebut memerlukan waktu
30 menit untuk sampai di sekolah. Dari sini siswa telah mengetahi bahwa ia
harus berangkat ke sekolah selambat-lambatnya pukul 06.30 WIB. Pendidikan
karakter tidak hanya berhenti pada jawaban tersebut, melainkan menumbuhkan
kesadaran-kritis untuk hidup dengan kedisiplinan yang tinggi. Nah, disiplin
adalah salah satu nilai karakter yang dirumuskan Kemendikbud.
Keberhasilan pembelajaran Matematika
bermuatan karakter diindikasikan salah satunya dengan tiadanya siswa yang
terlambat masuk sekolah tanpa harus diancam dengan sanksi dan hukuman seperti
yang selama ini terjadi. Inilah bedanya pendidikan karakter dengan pendidikan
yang lainnya. Jika siswa telah mempunyai karakter disiplin, ketika sanksi dan
hukuman ditiadakan, ia tetap akan masuk sekolah tepat waktu.
Kelak jika siswa tersebut menjadi pejabat
atau profesi lainnya, ia tidak akan korupsi (minimal korupsi waktu) alias agar
tidak terlambat masuk kerja terlebih lagi absen pada jam kerja. Dalam catatan
sejarah, banyak tokoh-tokoh terkemuka yang mempunyai karakter kuat buah dari
belajarnya. Dua diantaranya adalah Descartes
dan Galileo Galiley. Descartes rela mati
dari pada harus mengatakan bumi itu datar karena ia berpendapat bahwa bumi itu
bulat. Demikian pula dengan Galileo Galiley. Ia rela dihukum mati dari pada
harus mengatakan dan mengakui bahwa matahari mengelilingi bumi, padahal bumilah
yang berputar mengelilingi mata hari. Inilah dua sosok berkarakter dalam
catatan sejarah, khususnya filsafat.
Jika semua mata pelajaran di sekolah dan
madrasah dapat dipadukan dengan pendidikan karakter sebagaimana dicontohkan di
atas atau lebih detailnya dibahas dalam buku ini (Bab 5), maka keberhasilan
membangun karakter bangsa melalui pendidikan cukup menjanjikan.
*)
Muhammad
Mansur , Mahasiswa Jurusan
PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar