Senin, 16 Desember 2013

RESENSI BUKU (Tarbiyah News, 21 / 12/ 2012)



RESENSI BUKU


Judul Buku             : Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah
Penulis                    : Suyadi, M.Pd.I
Penerbit                   : Mentari Pustaka, Yogyakarta
Cetakan                   : Januari 2012
Jumlah halaman      : xix + 211halaman
                                                                 


  Bertubi-tubi bangsa ini dilanda musibah dan bencana, baik  berupa gempa bumi maupun letusan gunung berapi, hingga bencana moral maupun letusan konflik sosial. Tawuran antar pelajar terjadi dimana-mana, pergaulan bebas semakin membudaya, premanisme semakin merajalela, bentrok antar suku-ras-etnis kian menggejala, dan lain sebagianya. Sebelum fenomena-fenomena itu mencuat, masyarakat diresahkan dengan kasus-kasus seperti “cicak vs buaya”, ledakan bank Century, mafia hukum, makelar kasus, PNS muda kaya raya, isu-isu terorisme, bom bunuh diri, dan lain sebagainya.  Lengkap sudah bencana moral, gempa sosial, agama, politik dan hukum hingga krisis multidimensi, krisis etika, krisis kepercayaan diri dan sosial. Semuanya datang silih berganti mendera bangsa ini bertubi-tubi dan cenderung menjadi jadi.
Kemendikbud mensinyalir bahwa sumber dari bencana moral di atas adalah terabaikan karakter bangsa. Oleh karena itu, perlu dilakukan gerakan nasional Pendidikan Karakter. Pasalnya aktor dibalik semua itu adalah orang-orang terdidik (Kemendikbud, 2010). Sinyalemen ini diperkuat oleh sejarah bangsa-bangsa yang selalu mengedepankan karakter sebagai solusi berbagai persoalan yang menerpanya. Revitalisasi bangsa Jerman oleh kekalahan perang dengan Prancis dilakukan dengan pendidikan karakter dan spiritualis. Jepang menata ulang negerinya menghadapi urbanisasi, disertai introduksi pendidikan moral. Amerika pada akhir abad menghadapi krisis global dengan mengintroduksikan kembali pendidikan karakter (Amin Abdullah, 2011). Oleh karena itu, Indonesia perlu melakukan gerakan nasional Pendidikan Karakter.
Suyadi, penulis lebih dari 40 buku merespon gerakan tersebut dengan menulis buku ini. Secara umum, buku ini berisi enam bagian, yakni: landasan filosofis pendidikan karakter (halaman 1-12), hakikat pendidikan karakter beserta 18 (delapan belas) nilai karakter yang dirumuskan Kemendikbud (halaman 19-24), model pendidikan karakter di sekolah/ madrasah (halaman 41-42), strategi-strategi pembelajaran bermuatan karakter (halaman 53-92), implementasi pendidikan karakter dalam berbagai mata pelajaran  (halaman 99-179), dan model evaluasi pendidikan karakter (halaman 183-209).  
Berbeda dengan buku-buku pendidikan karakter yang ada, buku ini tidak sebatas membahas secara konseptual-teoritis semata, melainkan lebih menekankan pada penerapan secara praktis-metodologis. Bukan hanya itu, buku ini juga dilengkapi dengan beberapa strategi pembelajaran aktif-menyenangkan (Active Learning, Cooperative Learning, Contectual Teaching and Learning, dan lain-lain) yang bermuatan karakter (halaman 53-92). Artinya, di samping memadukan antara pendidikan karakter dengan berbagai mata pelajaran di sekolah, buku ini juga memadukan antara pendidikan karakter dengan strategi pembelajaran. Hal ini penting karena pembelajaran berkarakter akan lebih efektif jika ditunjang dengan strategi yang bermuatan karakter pula
Suatu hal yang menarik dalam buku ini adalah pada Bab lima, dimana penulis mendedahkan terobosan baru bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam praktik pembelajaran di sekolah/ madrasah pada semua mata pelajaran, seperti Matematika, IPA, IPS, Sains, Bahasa dan Sastra, Seni, PKn, Penjasor, Seni-Budaya, dan lain sebagainya sehingga semua guru akan mendapatkan manfaat dari membaca buku ini.
Inti dari penerapan pendidikan karakter dalam berbagai mata pelajaran tersebut adalah internalisasi kebenaran ilmiah yang diperoleh melalui proses pembelajaran ke dalam mind set peserta didik, sehingga berpengaruh pada perubahan pola pikir peserta didik dan berimplikasi pada perubahan perilaku serta kebiasaan hidup sehari-hari. Penulis mencontohkan implementasi pendidikan karakter tersebut ke dalam mata pelajaran Matematika. Jika jarak rumah dan sekolah seorang siswa adalah 10 Km, sedangkan ia ke sekolah dengan bersepeda dengan kecepatan 20 Km/ jam, pada jam berapakah siswa tersebut harus berangkat ke sekolah agar tidak terlambat (jika masuk sekolah jam 07.00)? Jawabannya akan ketemu 06. 30 WIB. Sebab, siswa tersebut memerlukan waktu 30 menit untuk sampai di sekolah. Jawabannya akan ketemu 06.30 WIB. Sebab, siswa tersebut  memerlukan waktu 30 menit untuk sampai di sekolah. Dari sini siswa telah mengetahi bahwa ia harus berangkat ke sekolah selambat-lambatnya pukul 06.30 WIB. Pendidikan karakter tidak hanya berhenti pada jawaban tersebut, melainkan menumbuhkan kesadaran-kritis untuk hidup dengan kedisiplinan yang tinggi. Nah, disiplin adalah salah satu nilai karakter yang dirumuskan  Kemendikbud.
Keberhasilan pembelajaran Matematika bermuatan karakter diindikasikan salah satunya dengan tiadanya siswa yang terlambat masuk sekolah tanpa harus diancam dengan sanksi dan hukuman seperti yang selama ini terjadi. Inilah bedanya pendidikan karakter dengan pendidikan yang lainnya. Jika siswa telah mempunyai karakter disiplin, ketika sanksi dan hukuman ditiadakan, ia tetap akan masuk sekolah tepat waktu.
Kelak jika siswa tersebut menjadi pejabat atau profesi lainnya, ia tidak akan korupsi (minimal korupsi waktu) alias agar tidak terlambat masuk kerja terlebih lagi absen pada jam kerja. Dalam catatan sejarah, banyak tokoh-tokoh terkemuka yang mempunyai karakter kuat buah dari belajarnya.  Dua diantaranya adalah Descartes dan  Galileo Galiley. Descartes rela mati dari pada harus mengatakan bumi itu datar karena ia berpendapat bahwa bumi itu bulat. Demikian pula dengan Galileo Galiley. Ia rela dihukum mati dari pada harus mengatakan dan mengakui bahwa matahari mengelilingi bumi, padahal bumilah yang berputar mengelilingi mata hari. Inilah dua sosok berkarakter dalam catatan sejarah, khususnya filsafat.
Jika semua mata pelajaran di sekolah dan madrasah dapat dipadukan dengan pendidikan karakter sebagaimana dicontohkan di atas atau lebih detailnya dibahas dalam buku ini (Bab 5), maka keberhasilan membangun karakter bangsa melalui pendidikan cukup menjanjikan.
*) Muhammad Mansur , Mahasiswa Jurusan PAI  Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga

Tidak ada komentar: