Kejujuran, Kepuasan Sejati
Pelaksanaan Ujian Nasional tingkat SMA segera rampung, kini
saatnya UN tingkat SMP dan SD yang akan segera menyusul. Semua guru dan siswa
pun pasti merasa cemas bagaimana hasilnya nanti, apakah bisa lulus atau tidak.
Lulus UN dengan nilai yang memuaskan merupakan dambaan
setiap siswa, guru dan orang tua siswa. Hanya saja yang menjadi pertanyaan, apakah siswa merasa
puas lulus UN dengan nilai yang dihasilkan? Pertanyaan itu perlu ditelusuri
lebih lanjut dan dianalisis kembali untuk bisa menjawabnya. Hasil UN tidak
terlepas dari sebuah proses panjang yang dilalui siswa dan guru.Dengan asumsi
supaya siswa bisa mengerjakan soal UN dengan baik dan meraih nilai tinggi , guru
pun berupaya keras. Sebuah proses yang bagus
tentu akan menghasilkan hasil yang bagus pula.
Meski begitu, ketika siswa yang masuk di sebuah sekolah
itu siswa dengan kemampuan rata-rata bahkan di bawahnya, asalkan dikemas dengan
proses pembelajaran yang baik dan berkualitas, tak mustahil bakal menghasilkan
anak-anak yang cerdas yang bisa meraih nilai UN dengan memuaskan. Sebaliknya, jika
input siswanya bagus tetapi tidak diimbangi dengan proses pembelajaran yang
bagus, bisa jadi nilai yang dihasilnya pun bisa menjadi buruk.
Kepuasan ketika lulus UN dengan nilai yang memuaskan bisa
dirasakan oleh seorang siswa dan guru. Apalagi, mengingat selama proses belajar
mengajar mereka menjalani dengan tekun dan gigih. Dan juga ketika dalam
pelaksanaan UN itu sendiri dilandasi dengan aspek kejujuran dan sportivitas, tanpa
sebuah kecurangan apapun di dalamnya. Itulah sejatinya kepuasan yang didapat ketika
siswa lulus UN. Aspek kejujuran ini pula yang menggembirakan sekolah.
Oleh karena itu, siswa hendaknya menyadari, UN bukanlah
hanya sekedar ujian biasa tetapi merupakan ujian kejujuran. Seorang guru hendaknya bisa melatih siswa untuk
berproses secara baik dalam menghadapi UN dengan dilandasi aspek kejujuran.
Karena dengan kejujuran , kepuasan sejatipun kita raih. Itulah sebuah proses yang
harus dilalui dengan jerih payah yang patut dihargai.
*) Muhammad Mansur, Guru dan Waka.Kesiswaan MI Wahid Hasyim Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar